![]() |
Benda pusaka Akkotengeng dipindahkan tak jauh dari tempat sebelumnya |
Ritual pemindahan benda pusaka milik Petta Lawa-Lawae dilakukan secara sederhana rumpun keluarga ini. Menurut tetua adat wilayah ini, untuk melakukan pemindahan benda pusaka, keluarga menyiapkan kelapa muda, Sokko empat warna sebagai lambang manusia yang terdiri 4 unsur (Tanah, Api, Air,dan Angin), dan berupa makanan sebanyak 12 jenis.
"Petta Lawa-Lawae merupakan raja di wilayah ini masa itu, diketahui ia memiliki 3 batu nisan konon karena beliau punya 3 istri. Benda pusaka itu hanya bisa digunakan para keturunan rumpun ini, dia memang pemberani, bahkan punya semboyan teaka napatarakka lapute labellang mata (Belanda)," ungkap.
Wilayah ini dahulunya disebut sebagai Arung Matuana Wajo, karena memiliki jawara yang gagah berani melawan para penjajah. Hingga diberikan kerajaan yang mereka sebut Arajang Wadeng di Akkotengeng. Konon Petta Lawa-Lawae hanya punya permintaan pada dewatae kala itu, yakni tak pernah kalah dalam berperang dan hasil panen padi yang melimpah.
Masyarakat sekitar juga meyakini adanya mujizat yang bisa mereka gunakan sebagai petunjuk, jika seekor ayam betina yang bertelur warna hijau, maka ayam tersebut sulit sekali teriris benda tajam. Ayam itu biasa mereka sebut Lai Bela (Lelaki memang). Mujizat kedua akan diketahui jika benda tersebut bergerak-gerak sendiri dan terkadang dilihat warga sekitar terbang mengitari perkampungan, maka daerah ini akan terjadi bencana.
"Beda lagi jika benda ini terlihat segar, maka itu akan membawa berkah. Pasalnya itu diyakini masyarakat sekitar akan mendapatkan hasil panen yang melimpah,"katanya.
Kepala Pemerintahan di Desa Alewadeng, Hasby Madi sangat mengapresiasi tetua adat karena masih ada yang mau mengambil bagian menjaga dan melestarikan benda pusaka tersebut. Karena untuk menjaganya dibutuhkan tempat yang layak.
"Kita akan melestarikan benda-benda pusaka sejauh itu masih sesuai norma-norma agama kita. sehingga sejarah Akkotengeng tidak akan hilang."katanya.
Lanjut Hasby Madi yang juga ketua Apdesi ini. Nilai plusnya, dari benda pusaka ini menjadi pemersatu dalam satu rumpun, disini terjalin ukhuwa silturrahim bahkan dari luar Desa Alewadeng mereka akan tetap datang menjaga silahturahmi rumpun ini.(wt-chal).
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia