SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Wajo Asal Kepercayaan Budaya Towani (To Lotang)

Berita Wajo Terkini
Selasa, 17 Februari 2015 | 08.00.00 WIB Last Updated 2015-02-17T00:00:00Z
WAJOTERKINI.COM --- Saya akan kembali menceritakan natural religion yang terdapat di salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Wajo, (Tabe bacaki Edisi II) tepatnya di Kelurahan Dua Limpoe Kecamatan Maniangpajo Wajo, yang sampai hari ini masih dipercayai dan diyakini oleh para pengikutnya yakni kepercayaan Towani, akrabnya disapa To Lotang.


Sokko Patanrupa (nasi ketan empat macam). Yakni nasi ketan putih diibaratkan air, nasi ketan merah diibaratkan api, nasi ketan kuning diibaratkan angin dan nasi hitam diibaratkan tanah. Hal ini menandakan bahwa Towani mengenal empat unsur kejadian manusia, yakni tanah, air, api dan angin. Itulah sebabnya, setiap upacara

Mappenre atau Mappano Bulu, sesajiannya terdiri dari Sokko Patanrupa. Dimana pada saat sebelum La Panaungi meninggal, ia sempat berpesan untuk meneruskan ajaran yang ia terima dari DewataE dan minta agar pengikutnya berziarah ke kuburannya sekali setahun.

Ketiga, Sipulung, berkumpul sekali setahun untuk melaksanakan ritual tertentu di kuburan I Pabberre di Perrinyameng (Pare-Pare). Dalam prosesi upacara Perrinyameng dilakukan bersama dengan berjalan kaki tanpa alas kaki dari Amparita menuju ke kuburan I Pabberre. Biasanya dilakukan setelah panen sawah tadah hujan ataukah sesuai dengan waktu yang disepakati saat ritual acara Tudang Sipulung.

Pada komunitas Towani pelapisan masyarakat didasarkan pada sistem pertalian darah dan keturunan, namun dalam gelar bangsawan Towani tidaklah sama dengan yang dipakai dikalangan masyarakat Bugis, ukuran ini tidak lepas dari sejarah Towani itu sendiri.

Golongan Uwa menempati posisi tertinggi, pada tingkatan ini terbagi pada dua gologan yakni Uwatta sebagai tokoh sentral dan Uwa yang berada satu tingkat di bawahnya, kemudian golongan To Sama, yang terdiri dari masyarakat biasa.

Uwatta itu adalah keturunan dari La Panaungi (penerima wahyu dari Dewata SeuwaE). Dalam pelaksanaan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat Towani tidak melakkukannya secara langsung tetapi melalui upcara ritual tertentu dengan menggunakan simbol totem.

Upacara dipimpin oleh pimpinan kelompok yaitu Uwatta dan pembantunya. Beberapa simbol seperti yang telah dipaparkan sebelumnya adalah kuburan (seperti kuburan I Pabberre di Perringnyameng), sumur (seperti yang terdapat di Wani, Wajo).

Penggunaan simbol kuburan dan sumur dikarenakan kedua simbol ini mempunyai makna spritual yang begitu kuat bagi Komunitas Adat Towani. Tidak sembarang tempat yang dapat ditempati untuk melakukan ritual keagamaan, hanya tempat yang dianggap sakral dan keramat.(wt-rf).
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Wajo Asal Kepercayaan Budaya Towani (To Lotang)

Trending Now