Jum'at 14 Maret 2025

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Karakteristik Perdagangan Di Wajo Kerap Diartikan Masekke

Berita Wajo Terkini
Rabu, 18 Februari 2015 | 07.00.00 WIB Last Updated 2015-02-18T21:05:17Z
WAJOTERKINI.COM ---  Orang Bugis Wajo memang dianggap paling ulet dalam melakukan kegiatan perdagangan sejak zaman dahulu hingga dewasa ini. Orang Bugis Wajo memiliki karakteristik tersendiri dalam pengelolaan usahanya atau dalam kegiatan berdagang.



Dalam proses berdagang orang Bugis Wajo terkenal dengan sifat yang sangat ekonomis tapi kemudian di sini banyak disalah artikan oleh sebagian orang, ada yang mengartikan sikap ekonomis tersebut, sebagai sikap pelit dalam bahasa bugis disebut masekke.

Sementara sebagian masyarakat Wajo, ada juga yang berpendapat, tindakan ekonomis tersebut hanyalah cara untuk mendapatkan keuntung yang besar. Hal tersebut sangat sesuai dengan konsep ekonomi yakni menggunakan modal sekecil mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Bukan hanya dunia politik melahirkan Politik Dinasti dalam kegiatan perdagangan juga biasanya dilakukan bersama dengan anggota keluarga lainnya, dimana salah satu dari anggota keluarga menjadi pimpinan dan yang lainnya menjadi bawahan. Pada kegiatan tersebut terjadi relasi sosial dan ekonomi. Anggota keluarga tidak boleh seenaknya mengambil barang dagangan tapi melainkan harus seizin pimpinan atau dengan jalan membeli.

Pada fenomena itulah sebagian besar orang menganggap bahwa tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan masekke. Bagi pedagang Bugis Wajo tindakan tersebut adalah tindakan ekonomis dan tindakan tersebut dinilai sebagai tindakan yang professional.

Pada proses perdagangan, dinamika sosial yang terjadi sangatlah menarik dimana terjadi relasi sosial berubah menjadi relasi ekonomi. Dalam kegiatan perdagangan seakan-akan terlihat bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan antara atasan dan bawahan, dalam posisi yang sejajar terjadi hubungan antara pedagang dengan pedagang.

Fenomena tersebut dikenal dengan istilah massijing watakkale te’massijing warangparang (bersaudara secara badan (fisik dan darah), tapi tidak dalam harta benda).

Fenomena tersebut memberikan gambaran tentang relasi sosial, baik dalam proses perdagangan maupun pada kehidupan sehari-hari yang terbangun pada mereka. Contoh yang dapat kita lihat adalah, jika seorang anak harus membeli barang dari orang tuanya ketika membutuhkannya atau secara singkat dapat dikatakan harta milik si ayah adalah belum tentu milik anaknya begitupun diantara anggota keluarga yang lainnya.

Dijelaskan bahwa hubungan perdagangan tidak boleh dicampuradukkan dengan urusan rumah tangga. Pemindahan barang dari para pengusaha/pedagang yang sedarah tetap melalui jalur transaksi jual beli.

Apakah fenomena sosial ekonomi massijing watakkale te’massijing warangparang merupakan bentuk maksimalisasi keuntungan bagi pedagang Bugis Wajo?

Oleh: Risna Fani Alumni UNM 
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Karakteristik Perdagangan Di Wajo Kerap Diartikan Masekke

Trending Now