![]() |
Ashari Ramadhan Hairil |
WAJOTERKINI.COM - Banyak
versi mengenai asal-usul martabak telur, ada yang mengatakan dari India ada juga
yang mengatakan dari Arab. Jika ditelusuri lebih jauh lagi, tidak ada catatan
sejarah pasti mengenai kapan martabak telur ini masuk ke Indonesia. Rasa
martabak telur sepertinya memang bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
Menjamurnya penjual martabak telur hampir di seluruh daerah Indonesia mungkin
menjadi bukti bahwa rasa dari kuliner ini telah menyatu dengan lidah masyarakat
Indonesia.
Di samping rasanya yang pas di lidah,
martabak telur ini juga mungkin telah menjadi sebuah alat diplomasi seperti
diplomasi rendang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan
Indonesia kepada negara-negara lain. Berdasarkan pengalaman (dalam bahasa kerennya
teman penulis menyebutnya dengan Based On
Pengalaman) dan pengamatan, martabak telur sepertinya juga telah digunakan
sebagai alat diplomasi. Martabak telur
biasanya gunakan sebagai alat diplomasi oleh seorang laki-laki yang bertamu ke
rumah orang tua calon pasangannya (baca: calon istri). Tapi tidak ada yang tahu
pasti sejak kapan dan mengapa martabak telur
ini digunakan sebagai alat diplomasi untuk menjinakkan hati sang calon mertua.
Beberapa
film tahun 90-an dan sampai sekarang sering menampilkan adegan seorang
laki-laki yang membawa martabak telur sebagai upeti untuk calon mertua, dan
biasanya film mengambil kebiasaan-kebiasan yang umum dari masyarakat namun
sering juga sebaliknya film yang menciptakan kebiasan-kebiasan baru di
masyarakat. Saat penulis masih duduk di sekolah dasar, penulis juga sering
meminta upeti kepada seorang laki-laki yang bertamu ke rumah kakek penulis, dan
diplomasi dalam sekotak martabak telur tersebut berhasil karena laki-laki
tersebut sejak puluhan tahun yang lalu telah penulis panggil dengan sebutan Pung (sebutan sopan dalam bahasa bugis
untuk keluarga yang lebih tua, misalnya kakek, nenek, ayah, ibu, paman, tante,
kakak, ataupun orang yang dihormati).
Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan penulis kebiasan membawa martabak telur saat mengunjungi rumah orang tua calon
pasangan (baca: calon istri) maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
kebiasaan tersebut telah ada sejak lama meskipun tidak ada yang tau pasti sejak
kapan dan siapa yang memulainya pertma kali. Hal tersebut mungkin telah menjadi
konsensus bahwa yang wajib dijadikan upeti kepada calon mertua adalah martabak
telur.
Perlu pengkajian dan pengamatan yang lebih dalam mengapa martabak telur
dipilih untuk dijadikan alat diplomasi calon mertua. Di setiap daerah tentu ada makan yang rasanya
tidak kalah dengan martabak telur tetapi tidak digunakan sebagai alat
diplomasi. Martabak telur dipih mungkin karena, yang pertamamengikuti
kebiasaan-kebiasaan yang mucul di film, artinya film yang kemudian membangun
citra martabak telur sebagai alat diplomasi. Kedua, menunjukkan strata
sosial si laki-laki, di daerah martabak mungkin menjadi kuliner yang bernilai
ekonomis tinggi.
Semakin mahal martabak yang dibawa oleh seorang lelaki hal
tersebut menunjukkan bahwa ia mempunyai penghasilan lebih, sehingga calon mertua
tidak perlu khawatir untuk melepas putrinya karena masa depannya akan terjamin.
Terakhir, karena kita sering melakukan pengamatan dan belajar dari pengalaman
orang lain, sehingga seperti yang disebutkan sebelumnya martabak telur menjadi
konsenus sebagai alat diplomasi untuk menjinakkan hati calon mertua.

Membawa sekotak martabak
telur yang paling mahal ke rumah orang tua calon pasangan (calon istri) tentu
sebuah hal wajar, hal ini dilakukan untuk memberikan kesan perkenalan yang
baik, karena tak kenal maka tak sayang, kalau sudah kenal siapa tau jadi
sayang. Bagi pembaca yang ingin melakukan kunjungan ke rumah orang tua calon
pasangannya apa salahnya mencoba membawa martabak, walaupun terlihat
konvensional tapi Diplomasi Dalam Sekotak Martbak Telur sudah terbukti
berhasil. Tapi saran penulis untuk memuluskan diplomasidalam sekotak martabak
telur maka terlebih dulu kita harus memenuhi 3 kriteria
yaitu : Tampan, Mapan, dan Budiman, jika tidak bisa ketiga kriteria terpenuhi
maka cukup kriteria kedua dan ketiga yang terpenuhi.
Penulis: Ashari Ramadhan Hairil
2016@wajoterkini.com
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia