Kamis 13 Maret 2025

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Diplomasi Dalam Sekotak Martabak Telur

Sabtu, 04 Juni 2016 | 21.37.00 WIB Last Updated 2016-06-04T18:10:42Z


Ashari Ramadhan Hairil

WAJOTERKINI.COM - Banyak versi mengenai asal-usul martabak telur, ada yang mengatakan dari India ada juga yang mengatakan dari Arab. Jika ditelusuri lebih jauh lagi, tidak ada catatan sejarah pasti mengenai kapan martabak telur ini masuk ke Indonesia. Rasa martabak telur sepertinya memang bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Menjamurnya penjual martabak telur hampir di seluruh daerah Indonesia mungkin menjadi bukti bahwa rasa dari kuliner ini telah menyatu dengan lidah masyarakat Indonesia.
        
Di samping rasanya yang pas di lidah, martabak telur ini juga mungkin telah menjadi sebuah alat diplomasi seperti diplomasi rendang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan Indonesia kepada negara-negara lain. Berdasarkan pengalaman (dalam bahasa kerennya teman penulis menyebutnya dengan Based On Pengalaman) dan pengamatan, martabak telur sepertinya juga telah digunakan sebagai alat diplomasi.  Martabak telur biasanya gunakan sebagai alat diplomasi oleh seorang laki-laki yang bertamu ke rumah orang tua calon pasangannya (baca: calon istri). Tapi tidak ada yang tahu pasti sejak kapan dan mengapa  martabak telur ini digunakan sebagai alat diplomasi untuk menjinakkan hati sang calon mertua.

Beberapa film tahun 90-an dan sampai sekarang sering menampilkan adegan seorang laki-laki yang membawa martabak telur sebagai upeti untuk calon mertua, dan biasanya film mengambil kebiasaan-kebiasan yang umum dari masyarakat namun sering juga sebaliknya film yang menciptakan kebiasan-kebiasan baru di masyarakat. Saat penulis masih duduk di sekolah dasar, penulis juga sering meminta upeti kepada seorang laki-laki yang bertamu ke rumah kakek penulis, dan diplomasi dalam sekotak martabak telur tersebut berhasil karena laki-laki tersebut sejak puluhan tahun yang lalu telah penulis panggil dengan sebutan Pung (sebutan sopan dalam bahasa bugis untuk keluarga yang lebih tua, misalnya kakek, nenek, ayah, ibu, paman, tante, kakak, ataupun orang yang dihormati).

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis kebiasan membawa martabak telur  saat mengunjungi rumah orang tua calon pasangan (baca: calon istri) maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kebiasaan tersebut telah ada sejak lama meskipun tidak ada yang tau pasti sejak kapan dan siapa yang memulainya pertma kali. Hal tersebut mungkin telah menjadi konsensus bahwa yang wajib dijadikan upeti kepada calon mertua adalah martabak telur. 

Perlu pengkajian dan pengamatan yang lebih dalam mengapa martabak telur dipilih untuk dijadikan alat diplomasi calon mertua.  Di setiap daerah tentu ada makan yang rasanya tidak kalah dengan martabak telur tetapi tidak digunakan sebagai alat diplomasi. Martabak telur dipih mungkin karena, yang pertamamengikuti kebiasaan-kebiasaan yang mucul di film, artinya film yang kemudian membangun citra martabak telur sebagai alat diplomasi. Kedua, menunjukkan strata sosial si laki-laki, di daerah martabak mungkin menjadi kuliner yang bernilai ekonomis tinggi. 

Semakin mahal martabak yang dibawa oleh seorang lelaki hal tersebut menunjukkan bahwa ia mempunyai penghasilan lebih, sehingga calon mertua tidak perlu khawatir untuk melepas putrinya karena masa depannya akan terjamin. Terakhir, karena kita sering melakukan pengamatan dan belajar dari pengalaman orang lain, sehingga seperti yang disebutkan sebelumnya martabak telur menjadi konsenus sebagai alat diplomasi untuk menjinakkan hati calon mertua.


Membawa sekotak martabak telur yang paling mahal ke rumah orang tua calon pasangan (calon istri) tentu sebuah hal wajar, hal ini dilakukan untuk memberikan kesan perkenalan yang baik, karena tak kenal maka tak sayang, kalau sudah kenal siapa tau jadi sayang. Bagi pembaca yang ingin melakukan kunjungan ke rumah orang tua calon pasangannya apa salahnya mencoba membawa martabak, walaupun terlihat konvensional tapi Diplomasi Dalam Sekotak Martbak Telur sudah terbukti berhasil. Tapi saran penulis untuk memuluskan diplomasidalam sekotak martabak telur maka terlebih dulu kita harus memenuhi 3 kriteria yaitu : Tampan, Mapan, dan Budiman, jika tidak bisa ketiga kriteria terpenuhi maka cukup kriteria kedua dan ketiga yang terpenuhi.


Penulis: Ashari Ramadhan Hairil
2016@wajoterkini.com
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Diplomasi Dalam Sekotak Martabak Telur

Trending Now