![]() |
Abdi saat ditemui terkini group di kediamannya |
WAJOTERKINI.COM ,Sulbar -- Selama tujuh bulan sudah pria ini dipasung keluarganya, Abdi alias Labbi (24 tahun) kaki dan tangannya diikat dengan rantai besi sehingga ruang geraknya terbatasi.
Kondisi Abdi yang terikat rantai besi tidur beralaskan papan, kelambu dan bantal yang sudah usang menemaninya sejak tujuh bulan terakhir dalam gubuk yang tak layak huni, di Pananian Kelurahan Ammasangeng, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulbar.
Anak ketiga dari lima bersaudara anak pasangan Almarhum Lamide dan Nuraeni, keluarga ini hidup dibawah garis kemiskinan. Sebelum dipasung, Abdi sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.
"Kondisi Abdi terungkap setelah salah seorang sosialita memposting foto-foto Abdi dengan kondisi terikat rantai besi ke media sosial, itu kemudian menjadi viral diperbincangkan hingga kami menemui Abdi,"terang Sukriwandi, Senin 20/6/2016.
Abdi yang ditinggal meninggal ayahnya memaksa Nuraeni hanya bekerja serabutan sebagai penyambung hidup. Nuraeni biasa mencari kelapa jatuh dikebun warga, membuat sapu lidi dari daun kelapa, mencari sayuran seperti rebung bambu kemudian dijual ke pasar.
"Saya berharap dilepas untuk mencari uang dan jika memang saya tidak dilepas lebih baik panggil seluruh warga penanian untuk menikam saya semua agar penderitaan saya berakhir sampai disini,"kata Sukri menirukan pengakuan Abdi.
Diketahui Abdi sudah dua kali mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Dadi Kota Makassar, namun Abdi selalu berhasil melarikan diri, Abdi kemudian dipasung keluarga karena kerap mengganggu masyarakat sekitar
"Terkadang berlaku kasar kepada anak dilingkungan sini, memasuki rumah orang lain tanpa permisi terlebih dahulu, ia juga selalu memanjat rumah orang lain, dan rata-rata kamar perempuan, hal ini menjadi pertimbangan keluarga sehingga dia dipasung,"kata sepepunya, Adrawi.(wt-chal)
Kondisi Abdi yang terikat rantai besi tidur beralaskan papan, kelambu dan bantal yang sudah usang menemaninya sejak tujuh bulan terakhir dalam gubuk yang tak layak huni, di Pananian Kelurahan Ammasangeng, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulbar.
Anak ketiga dari lima bersaudara anak pasangan Almarhum Lamide dan Nuraeni, keluarga ini hidup dibawah garis kemiskinan. Sebelum dipasung, Abdi sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.
"Kondisi Abdi terungkap setelah salah seorang sosialita memposting foto-foto Abdi dengan kondisi terikat rantai besi ke media sosial, itu kemudian menjadi viral diperbincangkan hingga kami menemui Abdi,"terang Sukriwandi, Senin 20/6/2016.
Abdi yang ditinggal meninggal ayahnya memaksa Nuraeni hanya bekerja serabutan sebagai penyambung hidup. Nuraeni biasa mencari kelapa jatuh dikebun warga, membuat sapu lidi dari daun kelapa, mencari sayuran seperti rebung bambu kemudian dijual ke pasar.
"Saya berharap dilepas untuk mencari uang dan jika memang saya tidak dilepas lebih baik panggil seluruh warga penanian untuk menikam saya semua agar penderitaan saya berakhir sampai disini,"kata Sukri menirukan pengakuan Abdi.
Diketahui Abdi sudah dua kali mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Dadi Kota Makassar, namun Abdi selalu berhasil melarikan diri, Abdi kemudian dipasung keluarga karena kerap mengganggu masyarakat sekitar
"Terkadang berlaku kasar kepada anak dilingkungan sini, memasuki rumah orang lain tanpa permisi terlebih dahulu, ia juga selalu memanjat rumah orang lain, dan rata-rata kamar perempuan, hal ini menjadi pertimbangan keluarga sehingga dia dipasung,"kata sepepunya, Adrawi.(wt-chal)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia