Pertama ke Jakarta tahun 1995 kalo tidak salah ingat, dia tinggal berpindah dari masjid ke masjid. Sesekali jadi imam, tak jarang ia jadi muadzin.
Sebulan tinggal di masjid, ia lalu indekos di daerah Tanjung Priok -- kawasan yang dihuni banyak orang Bugis -- sambil bekerja jadi reporter di Harian Jaya Karta
Rauf tinggal di rumah kos di gang sempit itu karena tarifnya yang paling murah. Kamarnya sempit, rumahnya ber-AC dan ber-DC... Atap Ceng dan Dinding Ceng. Tapi ia tetap tabah, ramah, rajin menolong, ahli ibadah dan selalu mendatangi teman-temannya.
Di seberang rumah kosnya ada rumah besar seorang juragan tanah, orang Betawi. Rumah batu, kata Rauf. Sang juragan punya anak tunggal, gadis perawan, cantik pula.
Dan Rauf dikenal semua tetangga karena rajin beribadah. Ia selalu terlihat di masjid. Selain itu, ia punya banyak teman yang selalu datang pula ke tempat Rauf. Sebagian teman Rauf datang dengan mentereng, naik mobil bagus dan parkir di ujung gang depan pagar rumah sang juragan Betawi.
Rauf disayang banyak orang. Gadis anak juragan Betawi ini bahka jatuh cinta kepadanya. Bapak ibunya juga senang.
Suatu pagi di awal tahun 1996, Rauf datang ke Jl. Kalipasir, Cikini, Jakarta Pusat. Jl. Kalipasir ini tempat saya kos bersama Akbar Faizal, Mulawarman, Salahuddin Alam, Hasymi Ibrahim, dll. Semua perantau dari Makassar.
"Saya mau menikah ces. Antar ka' dulu melamar, lalu langsung akad nikah. Tidak perlu ada pesta."
Walhasil, hari Minggu kami ke sana, melamar sekaligus menikahkan Rauf dengan gadis Betawi anak juragan tanah.
Hari itu juga Rauf pindah tempat tinggal. Ia menyeberang gang dari rumah kos ke rumah juragan. Ia tinggalkan kamar kos yang sempit ke rumah besar.
Rauf sumringah menunjukkan kamar barunya -- kamar paling besar, kamar paling depan. Ber AC, bukan Atap Ceng tapi Air Conditioner. AC betulan.
Allah sayang Rauf. Dia dipanggilNya lebih dulu.
Tapi sampai menjelang pergi pun, dia ingat teman-temannya. Semasa jadi pejabat, Ketua Panwaslu Jakarta Utara, dia rajin menelpon teman-temannya. Ia mengajak setiap teman naik mobil dinasnya, kadang dijemput oleh sopirnya, untuk datang makan ikan bakar di rumahnya.
Rauf yang menaklukkan ibu kota dari kamar kos, tetap ingat teman-temannya, di saat senang maupun susah.
Damailah di sana Rauf, sahabat kita semua.(wt-Tomi Lebang)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia