SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Abraham Samad Sang Pemberani, Kisah Tomi Lebang

Berita Wajo Terkini
Sabtu, 17 Januari 2015 | 07.30.00 WIB Last Updated 2015-01-17T01:10:05Z
WAJOTERKINI.COM --- Saya mengenal lelaki ini semenjak ia masih bertampang sangar: rambut gondrong melewati bahu, berbicara cepat dan tatapan mata tajam. Dia enam tahun di atas saya. Saya menjadi wartawan sebuah harian ibukota sembari kuliah di tahun kedua, dan ia menjadi aktivis mahasiswa hukum. Dia Abraham Samad, seorang lelaki pemberani.

Di masa itu, tahun-tahun akhir 90-an, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin bolehlah disebut dalam genggaman Profesor Achmad Ali (almarhum), seorang guru besar dengan banyak bacaan, tapi juga punya kehebatan lain: ia guru besar karate, seorang pemegang Dan 7 Goju-Ryu. Murid dan pendukungnya banyak, terutama di fakultas -- kecuali Abraham Samad. Bahkan Oppeng, panggilan karib Abraham, cenderung berseberangan dengan sang guru.

Saya mendengar cerita, Abraham pernah secara terbuka membantah sang professor ketika ia dan kawan-kawannya dicurigai memecahkan televisi di ruang kegiatan mahasiswa. “Untuk apa saya pecahkan televisi, Prof. Lebih bagus saya pecahkan saja kepalanya si H,” kata Abraham. H adalah ketua lembaga mahasiswa dan karateka binaan Achmad Ali.

Di zaman mahasiswa pula, Abraham dan kawan-kawan mengusung Baharuddin Lopa menjadi calon Gubernur Sulawesi Selatan, tapi gagal oleh sistem pemilihan tak langsung. Lopa mundur sehari sebelum pemilihan di DPRD, ia menolak menjadi kayu bakar politik.

Tamat kuliah, Abraham Samad menjadi pengacara. Dan Orde Baru pun tumbang. Saat itu, muncul nama Indonesian Corruption Watch (ICW) di bawah Teten Masduki yang moncer di media karena pengungkapan kasus rekening tak wajar Jaksa Agung Andi Muhammad Ghalib. ICW menularkan semangat anti-korupsi ke daerah-daerah, termasuk ke Makassar. Sekelompok orang -- aktivis LSM, pengacara, akademisi, wartawan -- membentuk Anti Corruption Committee (ACC) Sulawesi.

Koordinatornya adalah pengacara Asmar Omar Saleh, dan duduk di badan pekerja di antaranya Abraham Samad, Zohra Andi Baso, Sukriansyah S. Latief. Kalau tak salah ingat, nama saya pun tercantum di dalamnya.

Asmar Omar Saleh kemudian menjadi Deputi Menteri Hak Asasi Manusia dan Abraham Samad menggantikannya menjadi Koordinator ACC Sulawesi.

Semenjak itu, Abraham meneguhkan dirinya menjadi pengacara dan aktivis anti-korupsi. Ia menolak klien kasus korupsi.

Di luar itu, ia juga aktif membela kawan-kawan yang dituduh sebagai penganut Islam radikal. Dan ia memang sangat mengagumi tokoh-tokoh pejuang Palestina. Anak pertamanya, lelaki, ia beri nama: Yasin Rantisi Ravsanjani, perpaduan nama tokoh pejuang Palestina dan Iran.

Di tahun 2002, tiga orang Makassar, Tamsil Linrung, Jamal Balfas dan Agus Dwi Karna, ditangkap di Filipina dengan tuduhan serius: terorisme. Pemerintah melalui Menko Kesra Jusuf Kalla mengirim utusan ke Manila untuk mendampingi mereka. Keduanya adalah Abraham Samad sebagai pengacara dan Hamid Awaludin sebagai ahli hukum. Tamsil Linrung dan Jamal Balfas belakangan dibebaskan, dan Agus Dwi Karna dipenjara 10 tahun.

Saya ingat, suatu siang sebelum berangkat ke Manila, Abraham Samad mampir ke kantor. Tapi saya sedang di luar Jakarta. Kawan saya menungguinya untuk sebuah wawancara. Esoknya, kami bertemu. “Temanmu langsung mengenali saya. Katanya, Tomi titip pesan, kalau wajahnya mirip Osama bin Laden, itulah pengacara Agus Dwi Karna,” kata Abraham tergelak. “Eh, siapa itu Osama bin Laden?” ia bertanya kepada saya.

Dan saya memang menganggapnya mirip Osama -- kalau saja ia bersorban -- yang ketika itu belum tenar betul. Pertanyaan Abraham saya jawab ringkas. “Tahu kan Abu Nidal, orang paling ditakuti Israel yang sekarang hilang? Nah, Osama bin Laden inilah penggantinya. Ia tokoh paling ditakuti oleh Israel dan Amerika.” Dan cerita tentang Osama mirip dirinya ini masih kami bicarakan dalam beberapa kali pertemuan.

Begitulah. Abraham Samad kini menjadi pemimpin di komisi anti-rasuah, Ketua KPK sampai tahun depan. Ia meraih cita-citanya yang ia rintis sedari dulu untuk menjadi pegiat anti-korupsi. Tiga kali ia mencalonkan diri menjadi pimpinan KPK dan ia lolos di kesempatan ketiga.

Ada satu cerita, menjelang Abraham mengikuti tes di Senayan, tiga tahun lalu. Aktivis LSM yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil ikut menjaring suara masyarakat untuk calon-calon komisioner, juga melacak rekam-jejak mereka. Pimpinan koalisi, di antaranya Todung Mulya Lubis menemui Abraham. Dan yang terjadi adalah semacam wawancara.

“Saya ingin tahu bagaimana Anda menghindari godaan wanita?” tanya Todung, langsung pada pokoknya. Saat itu, masih hangat-hangatnya suasana penangkapan Ketua KPK Antasari Azhar yang berkisar di persoalan perempuan bernama Rani Juliani.

Abraham tak menyangka pertanyaan seperti ini yang hendak diajukan kepadanya. Ia mengelak dengan nada bergurau. “Saya tentu tidak akan terpeleset. Saya punya standar yang sangat tinggi untuk seorang wanita,” katanya.

Todung menukas. “Standar seperti apa? Coba sebutkan satu nama.”

Abraham menyebut satu nama tenar, perempuan yang dalam bayangannya tak mungkin menjadi umpan dalam karir, nama yang ia sebut untuk mengelak dari pertanyaan menggoda Todung. “Si M misalnya.”

Todung tertawa. “Alaaa, kalau si itu sih, satu jam dari sekarang bisa kita undang datang ke sini.”
Abraham terperangah. Ibukota ini memang belantara. Beruntunglah, dia memasukinya sebagai seorang pemberani.(wt- Tomi Lebang)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Abraham Samad Sang Pemberani, Kisah Tomi Lebang

Trending Now