![]() |
Saoraja Mallawa Baru Langkenna Botting Langi. |
WAJOTERKINI.COM --- Seorang wanita paru baya mengaku memiliki garis keturunan raja dari beberapa daerah, berdasarkan buku sejarah bugis (Lontara) yang ia miliki. Bukan hanya mengaku keturunan raja, Hj. Andi Nasira juga sudah menyulap kediamannya menyerupai rumah raja ia beri nama Saoraja Mallawa Baru Langkenna Botting Langi.
Keberadaan rumah adat bugis di Kelurahan Cempalagi, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo itu, mendapat perhatian dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pemerhati budaya di Bumi La Maddukelleng gelaran Kabupaten Wajo. Menurut pemiliknya, Keberadaan rumah itu sudah mendapat dukungan dari para Raja-raja dibeberapa daerah se-indonesia bahkan dari luar Negeri.
"Rencananya bulan 5 nanti ada yang mau datang dari negara Berunai dan Malaysia, Ada yang mengatakan diri saya Datu (Raja) dan itu boleh-boleh saja dan ada juga yang mengatakan saya orang biasa itu juga boleh, karena saya memang tidak mau terlalu menampakkan diri, Messuka mita tajang (keluar melihat dunia) akupun diberi nama Andi Nasira namun orang lebih mengenalku dengan nama aji Nasira,"kata wanita yang diketahui berprofesi dukun sejak 10 tahun silam itu.
Wanita yang kental dengan dialeg bugis ini juga menjelaskan, silsila keturunanya dari Soppeng ia mengaku cucu dari Andi Tenri Lawa, dari Tator neneknya bernama Puang Maringgi, ketika dari Luwu ia akui keturanan dari Opu Pajung Pammulange (pertama) bernama Andi Jemma, bahkan dari Bone dirinya juga mengaku masih memiliki garis keturunan dari Arung Palakka," iya eppo wakkangna arung Palakka nappi cera kedua (cucu arung palakka),"akunya.
Dihubungi terpisah, Pemerhati budaya Andi Rahmat Munawar mengatakan, Tidak ada masalah ketika seseorang mau mengaku dirinya siapa termasuk mengaku raja. Menurutnya yang masalah ketika orang tersebut mengaku raja dan penerus Wajo tanpa adanya kesepakatan tokoh adat wajo untuk memilih raja atau arung matoa dan ketika mengaku arung matoa tanpa kesepakan, itu adalah pelecahan bagi masyarakat Wajo maupun terhadap adat istiadat di Wajo.
"Boleh saja melestarikan dan mencintai budaya tapi bukan dengan cara menginjak injak adat istiadat masyarakat setempat. Artinya melestarikan budaya haruslah mengikuti adat istiadat setempat, dan ini perlu di usut apa motif terkait raja palsu yg selalu mencari legitimasi dari luar termasuk luar Negeri, Bahkan mengumpukan raja se asia tanpa melihat adat istiadat masyarakat setempat dalam hal ini tidak ada kesepakatan sebelumnya dengan masyarakat ataupun tokoh adat di Wajo dan itu sudah menginjak-injak adat istiadat setempat ."katanya
Terkait rumah yang memilki timpa laja (tingkap luar) sembilan susun itu menurut Andi Rahmat Munawar, telah melanggar aturan adat setempat, Rumah adat semacam itu hanya diperuntukkan untuk to manurung sedangkan sekarang bukan eranya to manurung." Yang paling penting bahwa ada sanro (dukung) mengaku mendapat petunjuk untuk mendirikan saoraja sebagai tolak bala, pelaksanaan adat di wajo tidak boleh berangkat dari petunjuk dukung," tegasnya.(wt-ibe)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia