![]() |
Ilham sang penulis saat berada di puncak Lamata Gilireng |
WAJOTERKINI.COM --- Salah satu daerah yang terletak dibagian utara Kabupaten Wajo, tepatnya di kecamatan Gilireng, Selain terkenal akan potensi sumber daya alam sebagai penghasil gas bumi. Ternyata banyak hal yang unik dan menarik dibalik keberadaan daerah tersebut.
Kecamatan Gilireng itu sendiri merupakan salah satu kecamatan dari 14 kecamatan dikabupaten Wajo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidenreng-Rappang (Sidrap). Ibu Kota Kecamatan Gilireng yaitu kelurahan Gilireng, Jarak terdekat dari Kelurahan Gilireng adalah Desa Abbatireng sekira 2 Km sedangkan jarak terjauh yakni Desa
Paselloreng berkisar 15 Kilometer. Untuk sampai di Kecamatan Gilireng Jarak yang harus ditempuh penulis dari ibukota Kabupaten Wajo berkisar 22 Kilometer hingga 45 Kilometer, dengan jarak terdekat 22 Kilometer dari Desa Lamata sedangkan jarak terjauh sekira 45 Km dari desa Paselloreng.
Kali ini penulis sedikit akan menceritakan tentang sejarah perjuangan masyarakat Gilireng itu sendiri , seperti diketahui bahwa sejarah perjuangan masyarakat gilireng melawan penjajah puluhan tahun silam dengan keberaniannya hingga titik darah penghabisan mempertahankan wilayah tersebut.
Dalam sejarah Gilireng mungkin saja tidak pernah tercatat, namun Gilireng adalah salah satu daerah yang tidak pernah bisa ditembus oleh penjajah termasuk penjajahan Belanda dan Jepang dimasa itu. Rakyat Gilireng pun memiliki persatuan yang kuat untuk melawan setiap ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa.
Dalam hal lain, dikecamatan Gilireng begitu banyak selipan potensi wisata yang unik dan menarik serta sangat berpeluang ditumbuh kembangkan sebagai sumber penghasilan asli daerah maupun penghasilan asli desa (PAD). Pasalnya daerah tersebut menyuguhkan begitu banyak pesona alam mulai dari keberadaan danau, Pegunungan dan air terjun
dengan gaya staliktitnya yang unik sampai tradisi adat-istiadat masyarakat setempat yang mencerminkan simbol kehidupan religius. Saat penulis mencoba menjejaki salah satu Kampung di Kecamatan Gilireng, tepatnya Kamis, 4 Februarui 2016, lalu di Dusun Laforo Desa Lamata. setibanya dikampung
tersebut penulis mencoba mengunjungi salah gunung yang masayarakat setempat mengenalnya dengan naman bulu Tongronge, Namun sebahagian orang yang pernah berkunjung termasuk penulis lebih mengenalnya dengan nama puncak Lamata.
Butuh perjuangan untuk sampai dipuncak Tongronge, berhubung kondisi jalan menuju puncak cukup sempit belum lagi semat belukar yang kian mengores kulit. Namun seketika rasa lelah dan dahaga mulai menghilang disaat terlihat pemandangan alam yang menawarkan berjuta keindahan sesaat kita berada diatas puncak Tongronge atau puncak Lamata tersebut.
Hembusan angin sepoi-sepoi Puncak Lamata ditambah pemandangan sunset yang mengintip di balik pepohonan hutan dan bukit memberikan sensasi disore itu yang boleh dikata cukup romantis. Belum lagi gelungan “rolling” (garis-garis sinar matahari) yang tercipta diantara kabut tipis membuat penulis sejenak melamun dan bertanya-tanya.
Seketika terlintas dalam benak dengan anggapan bahwa keberadaan gunung tersebut merupakan puncak tertinggi di Kabupaten Wajo. Pasalnya tak pernah sebelumnya penulis jumpai sebuah puncak di Kabupaten Wajo yang mampu menawarkan pemandangan dengan leluasa mata melihat Kabupaten Wajo secara utuh.
Ketika kita berada di puncak Lamata terlihat jelas secara utuh Kabupaten Wajo. Bukan hanya Kabupaten Wajo dari barat juga terlihat jelas Kabupaten Sidrap. Bahkan indahnya Panorama alam mulai tersaji, ketika kita memandang kearah selatan. Dari arah tersebut jelas terlihat hamparan danau Tempe dan danau Sidenreng yang serasa tak
akan lepas dari pelupuk mata. Dari atas Puncak Lamata terlihat jelas gunung Latimojong dari kejauhan yang terbentang panjang kian membiru di sore itu hingga serasa sangat dekat membuat tangan ingin menggapainya.
Puncak Lamata merupakan daerah yang sangat strategis untuk di jadikan Taman wisata alam, Hal itu lebih menarik lagi ketika proses pengerjaan bendungan terbesar di
Indonesia timur, yakni bendungan Paselloreng telah terselesaikan. Menurut kabar bendungan tersebut sudah mulai dikerja sejak beberapa bulan lalu. Namun untuk saat sekarang di Kabupaten Wajo puncak Lamata cukup lumayan bagi pecinta alam untuk mengejar matahari baik itu dipagi hari maupun disore hari.
Menurut keterangan warga setempat, Puncak Lamata walaupun belum terlalu dikenal, Namun sudah sering ada pengujung yang berdatangan ke puncak tersebut, terutama muda-
mudi yang mungkin tak jauh tempat tinggalnya dari Desa Lamata," Sering ada yang datang. Biasanya anak sekolah yang banyak kesana bahkan tahun baru kemarin ada orang yang karaokean dipuncak gunung sambil bakar-bakar ikan."kata warga setempat.
Sementara, Seorang pengunjung asal Masamba Irfan mengatakan, tempat tersebut cukup menarik, menurutnya ditempat itu dirinya dapat melihat matahari terbenam serta
menatap hamparan persawahan serta pemndangan alam danau Tempe dari atas puncak," Baru kali ini aku tau ada puncak yang secara langsung kita dapat melihat kabupaten Wajo secara utuh bahkan dari atas puncak Lamata terlihat hamparan danau Tempe. Tempat ini sangat bagus untuk di jadikan objek wisata."kata Irfan.
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia