WAJOTERKINI.COM --- Disuatu malam angin meniup begitu menyengat kulit hinga merasuk kedalam persendian. malam itu, disekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Wajo, seorang wanita tua rentah mengayuh langkah kakinya terbata-bata menghampiri kami yang sedang asyik berdiskusi.
Aku adalah Tenri Sanna, aku sang nenek kepada kami. Wanita berusia 60 tahun ini merupakan warga asal Dare Gettae, Desa Ujung Baru, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo. Ia berkata kepada kami, jika malam tiba dirinya berjualan pisang keliling dengan berjalan kaki menyusuri kota Sengkang yang gelap tanpa penerangan jalan.
Hujan ataupun dinginnya angin malam tak pernah ia keluhkan. Tenri Sanna tetap berjualan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari."Saya dari jam 6 menjelang magrib sudah jualan nak," akunya.
Berjualan keliling sang nenek tak lepas dari kendala yang menghadangnya. Mulai dari dagangan yang tidak laku, bahaya yang mengancam karena harus berjalan digelapnya malam hingga penyakit menantinya."Kalau laku semua dagangan ini dapat 70 ribuan. Kalau gak laku, ya tak dapat apa-apa. karena terkadang tidak ada yang laku. Tapi, saya bersyukur masih diberikan umur oleh Allah SWT," keluh kesahnya.
Saat ini Tenri Sanna tinggal bersama suaminya Ambo Semmang, yang sehari harinya bekerja sebagai tukang kebun milik kerabatnya, sambil bertani jambu mente di Ujung Baru. "Ada sekitar 20 pohon jambu yang di rawat disana." kata Tenri.
Menurut tenri sanna, dirinya tidak pernah lagi mendapatkan bantuan pemerintah setahun ini. Sebelumnya ia mendapatkan bantuan berupa beras raskin namun memasuki tahun 2015 ini beras miskin tumpuannya itu sudah tidak didapatkannya lagi.
Tenri Sanna menduga bahwa beras raskin yang tidak didapatinya lantaran dampak dari Pilkades baru-baru ini."Kalau saya tak jualan keliling, mau makan apa nak. Mungkin karena tidak kucoblos kepala desa yang terpilih makanya tidak dapat beras'ka" ucap Tenri sembari meneteskan air mata.
Sontak saja kami semua larut dalam rasa haru mendengar cerita Tenri Sanna, jualan keliling sambil berjalan kaki dimalam hari sembari menenteng pisang di kiri kanan tangannya sementara di diatas kepala terdapat baskom yang berisikan pisang." Bukanlah pekerjaan mudah," celetup Firdiansyah.
Kami hanya bisa berharap pemerintah Kabupaten Wajo, memberikan perhatian penuh terhadap warga miskin karena kami semua tak punya kuasa membantunya. Penuh harap kapankah pemerintah tanggap dalam menuntaskan kemiskinan utamanya yang ada di Bumi Lamaddukelleng gelaran Kabupaten Wajo.(wt-ibe)
Aku adalah Tenri Sanna, aku sang nenek kepada kami. Wanita berusia 60 tahun ini merupakan warga asal Dare Gettae, Desa Ujung Baru, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo. Ia berkata kepada kami, jika malam tiba dirinya berjualan pisang keliling dengan berjalan kaki menyusuri kota Sengkang yang gelap tanpa penerangan jalan.
Hujan ataupun dinginnya angin malam tak pernah ia keluhkan. Tenri Sanna tetap berjualan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari."Saya dari jam 6 menjelang magrib sudah jualan nak," akunya.
Berjualan keliling sang nenek tak lepas dari kendala yang menghadangnya. Mulai dari dagangan yang tidak laku, bahaya yang mengancam karena harus berjalan digelapnya malam hingga penyakit menantinya."Kalau laku semua dagangan ini dapat 70 ribuan. Kalau gak laku, ya tak dapat apa-apa. karena terkadang tidak ada yang laku. Tapi, saya bersyukur masih diberikan umur oleh Allah SWT," keluh kesahnya.
Saat ini Tenri Sanna tinggal bersama suaminya Ambo Semmang, yang sehari harinya bekerja sebagai tukang kebun milik kerabatnya, sambil bertani jambu mente di Ujung Baru. "Ada sekitar 20 pohon jambu yang di rawat disana." kata Tenri.
Menurut tenri sanna, dirinya tidak pernah lagi mendapatkan bantuan pemerintah setahun ini. Sebelumnya ia mendapatkan bantuan berupa beras raskin namun memasuki tahun 2015 ini beras miskin tumpuannya itu sudah tidak didapatkannya lagi.
Tenri Sanna menduga bahwa beras raskin yang tidak didapatinya lantaran dampak dari Pilkades baru-baru ini."Kalau saya tak jualan keliling, mau makan apa nak. Mungkin karena tidak kucoblos kepala desa yang terpilih makanya tidak dapat beras'ka" ucap Tenri sembari meneteskan air mata.
Sontak saja kami semua larut dalam rasa haru mendengar cerita Tenri Sanna, jualan keliling sambil berjalan kaki dimalam hari sembari menenteng pisang di kiri kanan tangannya sementara di diatas kepala terdapat baskom yang berisikan pisang." Bukanlah pekerjaan mudah," celetup Firdiansyah.
Kami hanya bisa berharap pemerintah Kabupaten Wajo, memberikan perhatian penuh terhadap warga miskin karena kami semua tak punya kuasa membantunya. Penuh harap kapankah pemerintah tanggap dalam menuntaskan kemiskinan utamanya yang ada di Bumi Lamaddukelleng gelaran Kabupaten Wajo.(wt-ibe)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia