
"Banyak pengusaha sudah menggunakan sutera India dengan pakan (Passulu) piskos. Itu dilakukan karena modal kecil," kata Hamzah, salah seorang pengusaha sutera di Empagae Kecamatan Tanasitolo.
Hamzah mengaku, perbandingan biaya produksi sutera India dengan sutera lokal sangat jauh. Sutera India harganya Rp50 per kilo, sementara untuk sutera lokal seharga Rp800 per kilogramnya.
Koordinator Usaha Kecil Menengah (UKM) Kerajinan Tenun Sutera Sengkang, Muhammad Kurnia Syam. mengatakan, kebutuhan kain sutera nasional 6 juta per tahun. Dari 6 juta kebutuhan nasional tersebut, baru 2 juta yang dapat terpenuhi.
"Kita terkendala bahan baku. Kualitas bahan baku kita menurun akibat tergerusnya lahan yang diubah menjadi lahan pertanian,"katanya.
Tergerusnya lahan tersebut, tambah Kurnia, diperparah dengan dilarangnya mengimpor telur sutera dari Tiongkok. Menurtnya untuk pasar masih sangat berpotensi namun bahan bakulah yang tidak mendukung.
"Kita berharap pemerintah mencabut larangan mengimpor telur sutera. Nanti sudah stabil baru dicabut. Jangan sampai pasar nasional dikuasai dari negara lain," katanya.(wt-din).
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia