SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Kepercayaan Towani (To Lotang) di Kelurahan Dua Limpoe

Berita Wajo Terkini
Minggu, 15 Februari 2015 | 18.29.00 WIB Last Updated 2015-07-26T23:39:25Z
WAJOTERKINI.COM --- Saya akan kembali menceritakan natural religion yang terdapat di salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Wajo, (Tabe bacaki Edisi I) tepatnya di Kelurahan Dua Limpoe Kecamatan Maniangpajo Wajo, yang sampai hari ini masih dipercayai dan diyakini oleh para pengikutnya yakni kepercayaan Towani To Lotang.


Towani To Lotang dalam kepercayaannya masih mempertahankan ajaran dari leluhurnya sedangkan To Lotang Benteng telah ber afiliasi dengan ajaran agama Islam, hal ini nampak pada ritual keagamaannya yang memasukkan unsur-unsur keagamaan Islam didalamnya, misalnya beribadah di mesjid layaknya umat Islam pada umumnya.

Komunitas Adat Towani dalam kehidupan sehari-hari menganut kepercayaan Towani yang diajarkan oleh leluhurnya (I Pabberre). Hal ini dapat terlihat pada setiap tahunnya masyarakat Towani melakukan ritual penyembahan kepada leluhur mereka yang biasa mereka laksanakan di rumah lewat doa dan Upacara Perringnyameng yang dilaksanakan setiap bulan januari, dengan waktu pelaksanaan harus dimusyawarahkan dengan para pemimpin adat (uwwa).

Kepercayaan yang dianut mewajibkan mereka untuk taat pada ajaran yang bertumpu pada lima keyakinan, yaitu Percaya adanya Dewata SeuwaE (keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa), percaya adanya hari kiamat yang menandai berakhirnya kehidupan di dunia, percaya adanya hari kemudian, percaya adanya penerima wahyu dari Tuhan, percaya kepada Lontaraq sebagai kitab suci.

Penyembahan Towani kepada Dewata SeuwaE berupa penyembahan kuburan nenek moyang. Lima ajaran inilah telah mengkristal pada diri masyarakat Towani sehingga dalam kesehariannya kepercayaan telah menjadi falsafah hidup mereka.

Dalam ajaran Tolotang, pengikutnya dituntut mengakui adanya Molalaleng yakni kewajiban yang harus dijalankan oleh pengikutnya.

Kewajiban dimaksud adalah: pertama, Mappenre nanre, yakni persembahan nasi/makanan yang dipersembahkan dalam ritual/upacara, dengan cara menyerahkan daun sirih dan nasi lengkap dengan lauk pauk ke rumah uwa dan Uwatta.

Kedua, Tudang Sipulung, yakni duduk berkumpul bersama melakukan ritual pada waktu tertentu guna meminta keselamatan pada Dewata. Biasanya juga untuk menetukan hari pelaksanaan upacara Perrinyameng. Ritual tudang sipulung ini dilakukan di rumah pemimpin adat (Uwa dan Uwatta) dengan membawa sesajian berupa Sokko Patanrupa.(wt-rf).
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kepercayaan Towani (To Lotang) di Kelurahan Dua Limpoe

Trending Now