TERWUJUDNYA UMMATAN WAHIDAH
(UMMAT YANG SATU) Oleh : KM. H. ASMAR LAMBO S.HI., S.Sos.
(Ketua Ikatan Da'i Mudah se-Asia Tenggara - IDMAT).
(Ketua Ikatan Da'i Mudah se-Asia Tenggara - IDMAT).
WAJOTERKINI.COM - Manusia disebut sebagai makhluk sosial. Mereka tidak dapat
hidup sendiri. Mereka memiliki akal yang dapat berkembang dengan adanya
komunikasi, saling berbagi ilmu dan saling membantu. Tanpa ada
komunikasi, akal manusia tidak akan berkembang. Agama pun selaras dengan
hal ini. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
ia juga memperhatikan hubungan antar manusia. Hablun Minallahh, Hablun Minannas. Menurut
Rasulullah saw, manusia yang paling rugi di Hari Kiamat adalah mereka
yang membawa pahala solat, puasa dan ibadah lain dihadapan Mahkamah
Allah swt. Namun di waktu yang sama, mereka mencaci maki orang lain,
merampas harta yang bukan miliknya dan menyakiti sesama hamba Allah swt.
Mengapa mereka begitu rugi? Karena kelak di Hari itu mereka harus
menebus dosa yang dilakukan kepada sesama hamba Allah dengan memberikan
pahala ibadahnya. Pahala itu dibayarkan kepada orang yang didzoliminya.
Dan jika pahalanya telah habis, maka orang yang didzolimi itu akan
memberikan dosanya kepada mereka. Dan inilah tipe orang yang paling
bangkrut menurut Rasulullah saw. Sebagai seorang muslim, kita tidak
cukup berhubungan baik dengan Allah. Kita juga dituntut untuk
berhubungan baik dengan sesama hamba Allah. Selain itu, kita juga tidak
cukup meyakini dan menjalankan ajaran agama. Kita juga dituntut untuk
mengabarkan islam yang sebenarnya kepada orang lain.
Islam Rahmatan lil Alamin yang murni dari Rasulullah saw. Kemudian menyeru umat untuk berpegang teguh kepada islamnya.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ-١٠٤-
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar.” (Ali Imran 104)
Persatuan Umat Islam
Sungguh ironis ketika kita melihat umat islam hari ini.
Kesucian islam di nodai dengan umpatan dan cacian sesama pengikutnya.
Kemuliaan islam dikotori dengan saling mengkafirkan. Padahal Allah swt
berfirman,
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ -٩٢-
“Sungguh, inilah umat kalian, umat yang satu, dan Aku adalah Tuhan-mu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’ 92)
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ -٥٢-
“Dan sungguh, inilah umat kalian, umat yang satu dan Aku adalah Tuhan-mu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Mu’minun 52)
Kalian adalah umat yang satu, kata Allah swt. Lalu kenapa
kaum muslimin mendustakan Firman Tuhannya sendiri dengan mengkafirkan
saudara sesama muslimnya? Allah berserta Rasul-Nya sangat menekankan
persatuan diantara umat yang satu ini. Karena hanya dengan persatuan,
islam akan mencapai kejayaannya. Hanya dengan persatuan, Islam akan
berada pada posisi sebenarnya. Sebelumnya, kita akan bertanya, bagaimana
bentuk persatuan islam itu?
Persatuan Islam
Sebagian orang berpikir bahwa persatuan islam adalah menjadikan seluruh musliminsama dalam
segala hal. Sama dalam fiqh, pemikiran, adat, keseharian dan lain
sebagainya. Jika ada perbedaan sedikit saja, maka dia tidak akan pernah
mau bersatu. Apakah seperti inikah yang disebut persatuan islam?
Menjadikan seluruh kaum muslimin sama dalam segala sesuatu adalah hal
yang mustahil. Jutaan kaum muslimin hidup dengan latar belakang yang
berbeda. Dibentuk dengan pemikiran yang bermacam-macam. Mengkaji
Al-Qur’an dan Sunnah dengan berbagai tafsiran. Lantas, mungkinkah
menjadikan mereka semua berada dalam satu pemikiran dan madzhab
tertentu? Tentu, hal ini mustahil terjadi. Lalu bagaimana yang dimaksud
dengan persatuan islam?
Umat yang Satu
Islam menyebut para pengikutnya denganUmmatan Wahidah, Umat
yang Satu. Selain itu ada umat-umat lain yang masuk kategori
non-muslim. Sebelumnya kita telah menyebutkan Firman Allah dalam Surat
Al-Anbiya’ 92 dan Al-Mu’minun 52 tentang umat yang satu. Dan pada ayat
lainnya Allah berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولٌ -٤٧-
“Dan setiap umat (mempunyai) rasul.” (Yunus 47)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً -٣٦-
“Dan sungguh, Kami telah Mengutus seorang rasul untuk setiap umat” (An-Nahl 36)
Dalam segi bahasa, umat memiliki beberapa makna.
Kumpulan orang yang mengikuti sesuatu.Kumpulan orang yang memiliki tujuan yang samaKumpulan orang yang memiliki pemimpin
Ketiga makna ini bergabung menjadi satu, itulah yang
disebut umat. Dan untuk menjadi umat yang bersatu harus memiliki
kesamaan dalam ketiganya. Disini ada beberapa syarat agar umat islam
bisa bersatu.
Kesamaan dalam Aqidah (وحدة العقيدة)
Untuk menjadikan umat ini bersatu, mereka harus memiliki
keyakinan yang sama. Yang dimaksud kesamaan akidah disini adalah
kesamaan dalam pokok dasar Islam. Seluruh madzhab sepakat bahwa
seseorang dikatakan muslim saat meyakini 3 hal.
Tauhid (Meyakini Tuhan yang Esa)An-Nubuwwah (Meyakini Kenabian Muhammad saw)Al-Ma’ad (Meyakini Hari Akhir).
Dengan kesamaan 3 dasar islam ini, umat islam bisa bersatu.
Tidak ada satu madzhab pun yang mengingkarinya. Karena mengingkari
salah satu dari 3 pokok islam itu berarti tidak masuk dalam golongan
kaum muslimin. Seorang yang meyakini 3 hal ini telah masuk kedalamUmmatan Wahidah. Sementara jika ada hal lain yang diyakini, maka itu bukan termasuk Ushuluddin (Dasar Agama) tapi masuk kedalam Usulul Madzhab (Dasar suatu Madzhab). Seperti keyakinan akanImamah menurut
salah satu madzhab. Bukan berarti yang tidak meyakini imamah itu bukan
muslim, karena menjadi seorang muslim hanya butuh keyakinan akan 3 hal
diatas. Tidak perlu pemahaman yang detail mengenai tiga hal diatas untuk
menjadi seorang muslim. Cukup keyakinan yang umum saja sudah menjadikan
dia sebagaiUmmatan Wahidah. Perselisihan masalah sifat Allah,
urusan kenabian dan proses Hari Kiamat itu tidak membuat seseorang
keluar dari agama islam. Cukup dengan meng-Esakan Tuhan, meyakini Nabi
Muhammad Rasulullah saw sebagai Nabi Terakhir dan tiada Nabi setelah
beliau. Dan meyakini adanya Hari Kiamat maka dia adalah seorang muslim
yang wajib dilindungi jiwa harta dan kehormatannya seperti dalam
sabda-sabda Rasulullah saw.
Kesamaan dalam Mengikuti Syariat Islam
Syarat kedua untuk mewujudkan persatuan islam adalah harus
ada kesamaan dalam menjalankan syariat. Mengapa harus sama? Bukankah
golongan-golongan dalam islam memiliki perbedaan dalam cara-cara ibadah?
Seperti dalam cara solat misalnya. Ada yang bersedekap di perut, ada
yang di dada dan ada yang menjulurkan tangannya. Apakah mereka harus
menjadi sama ketika ingin mewujudkan persatuan islam? Lagi-lagi bukan
itu yang dimaksud kesamaan dalam mengikuti syariat islam. Kesamaan yang
dimaksud adalah kesamaan dalam meyakini dan menjalankan syariat yang
menjadi Asas Islam. Seperti solat, puasa, zakat dan haji. Tidak ada satu
madzhab pun yang menolak kewajiban ibadah itu. Karena mengingkari solat
berarti keluar dari islam. Begitu juga ketika mengingkari kewajiban
lain yang menjadi Asas Islam. Dengan meyakini dan mengamalkan kewajiban
ini sudah cukup bisa menjadikan umat islam bersatu. Kan sama-sama
solat. Sama-sama menjalankan puasa dibulan Ramadhan. Mengeluarkan zakat
dan berhaji bersama. Kesamaan ini sudah cukup untuk mewujudkan
persatuan islam. Perkara cara solatnya atau cara ibadah yang lain tidak
harus menjadi perselisihan dan permusuhan. Yang penting sama-sama
meyakini bahwa solat itu wajib dengan rokaat tertentu dan menghadap
kiblat yang satu. Bukankah rujukan mereka adalah sama yaitu berdasarkan
pemahaman mereka atas sabda-sabda Rasulullah saw? Perbedaan pandangan
dalam cara beribadah tidak lantas menggugurkan keimanan seseorang kepada
kewajiban ibadah itu. Perbedaan cara tidak boleh menjadi perselisihan
jika kita ingin menggalang persatuan dalamUmmatan Wahidah ini.
Kesamaan dalam Kepemimpinan.
Untuk mewujudkan persatuan umat, kita harus memiliki satu
pemimpin. Bagaimana akan bersatu jika pemimpinnya banyak? Bagaimana akan
bersatu jika setiap pemimpin memberikan perintah yang berbeda-beda?
Berarti, mustahil umat islam akan bersatu karena setiap golongan dari
muslimin memiliki pemimpin sendiri-sendiri. Begitukah yang dimaksud?
Tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap kelompok dalam islam memiliki
ketua atau pemimpin sendiri-sendiri. Namun dari semua pemimpin itu ada
pemimpin tertinggi yang diyakini semua golongan. Ada satu pemimpin yang
dijadikan rujukan oleh setiap madzhab. Dan kesamaan pemimpin inilah yang
bisa menjadikan umat muslimin bersatu. Pemimpin dalam islam memiliki 2
arti,
Pemimpin yang DiamPemimpin yang Hidup
Pemimpin yang Diam Tidak ada satu pun madzhab yang
mengingkari bahwa pemimpin tertinggi mereka yang diam adalah Al-Qur’an.
Kitab suci ini menjadi rujukan semua madzhab dalam islam. Bahkan semua
golongan meyakini bahwa Al-Qur’an adalah Firman Allah yang masih
orisinil dan tidak pernah dirubah oleh siapapun. Sesuai dengan janji
Allah swt dalam firman-Nya,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ -٩-
“Sesungguhnya Kami-lah yang Menurunkan al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang Memeliharanya.” (Al-Hijr 9)
Bahkan Al-Qur’an sendiri menyebut dirinya sebagai “imam” bagi umat. Sebagaimana yang disebut oleh beberapa ahli tafsir dalam ayat berikut,
وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ -١٢-
“Dan segala sesuatu Kami Kumpulkan dalam Kitab yang jelas.” (Yasiin 12)
وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَاماً وَرَحْمَةً -١٢-
“Dan sebelum (al-Quran) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.” (Al-Ahqaf 12)
Yang dimaksud Al-Qur’an sebagai Imam(pemimpin)
adalah sebagai rujukan seluruh kaum muslimin. Tidak ada satu pun madzhab
yang menolak Al-Qur’an sebagai rujukan paling utama dalam agama.
Seharusnya, kesamaan dalam meyakini pemimpin dan kitab rujukan yang sama
menjadikan muslimin mudah untuk bersatu. Selain Al-Qur’an, kaum
muslimin juga memiliki pemimpin yaitu Sunnah Rasulullah saw. Seluruh
madzhab meyakini bahwa rujukan kedua setelah Al-Qur’an adalah sunnah
Nabi saw. Mengapa dengan berbagai kesamaan ini, umat muslimin belum bisa
bersatu? Toh, pemimpin dan rujukannya sama. Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah saw. Memang ada perbedaan dalam memahami penafsiran Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi. Tapi perbedaan dan perselisihan itu tidak serta merta
menjadikan seseorang dianggap mengingkari Al-Qur’an atau Sunnah Nabi.
Perbedaan pemahaman atas ayat atau hadist tidak harus menjadikan
goyangnya islam dan kesatuan muslimin. Kita harus merubah mindset kita.
Jika selama ini perbedaan digunakan sebagai alasan untuk berpecah
belah. Hari ini kita harus memikirkan islam yang besar. Kita harus
bersatu, dengan dalih bahwa rujukan utama kaum muslimin itu sama. Yaitu
Al-Qur’an dan Sunnah.
Pemimpin yang Hidup Setiap golongan dalam islam
memiliki pemimpin masing-masing. Bagaimana mereka akan bersatu jika
syarat persatuan adalah kesamaan pemimpin? Memang setiap golongan
memiliki pemimpin masing-masing. Namun tidak ada satu pun yang
mengingkari bahwa pemimpin utama mereka di zaman turunnya Al-Qur’an
adalah Rasulullah saw. Beliau lah yang menjelaskan makna Al-Qur’an dan
mengatur kehidupan manusia. Nabi Muhammad saw adalah pemimpin sepanjang
kehidupan. Perselisihan terjadi setelah wafatnya beliau. Umat berselisih
tentang siapa pengganti Rasulullah setelah wafatnya. Perbedaan ini
seharusnya tidak menjadi ajang pertengkaran karena kita sama-sama
memiliki pemimpin utama yang satu yaitu Rasulullah saw. Dan kesamaan ini
sudah cukup untuk menjadi alasan umat muslimin untuk bersatu. Karena
pilihan apapun yang dipilih pasti berdasarkan Hadist Nabi, tinggal
bagaimana kita bisa menghormati pilihan orang lain. Toh, semua pilihan
itu atas dasar ketaatan mereka kepada Nabi Muhammad saw sesuai dengan
pemahaman mereka atas sabda belliau. Karena tugas kita dihadapan
Rasulullah hanya dengan berkata Sami’na wa Atho’na(Kami mendengar dan kami taat).
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى
اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -٥١-
“Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka
diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di
antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan
mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (An-Nur 51)
Kesamaan dalam Tujuan
Untuk menjalin persatuan, umat islam harus memiliki tujuan
yang satu. Harus memiliki tujuan bersama yang tidak diperselisihkan.
Sehingga seluruh elemen muslimin dari berbagai golongan dapat bahu
membahu untuk mewujudkan tujuan besar itu. Ada beberapa tujuan yang
harusnya menjadi fokus umat muslimin saat ini.
Pertama, saling mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Seluruh
umat muslimin meyakini tugas mereka adalah menyebarkan benih-benih
kebaikan dan mencegah tumbuhnya benih kerusakan. Hanya saja perlu
pemahaman yang mendalam tentang cara ber-amar ma’ruf nahi munkar yang
benar-benar islami. Allah berfirman,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ -١١٠-
“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran 110)
Kedua, menjadi pribadi yang sukses dunia akhirat.
Tujuan utama dari penciptaan manusia adalah agar mereka mencapai kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Otomatis, tujuan bersama bagi kaum muslimin menjadikan diri mereka sukses dihadapan Tuhannya. Dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tujuan utama dari penciptaan manusia adalah agar mereka mencapai kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Otomatis, tujuan bersama bagi kaum muslimin menjadikan diri mereka sukses dihadapan Tuhannya. Dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.
وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ -١٨٩-
“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Al-Baqarah 189)
Ketiga, menegakkan sendi-sendi Islam di bumi Allah. Dalam
arti, sendi-sendi keislaman yang syarat dengan keadilan, keindahan dan
kesejahteraan harus bersama-sama kita tanam dalam tubuh masyarakat. Agar
tampak kembali wajah islam yang sesungguhnya. Islam Rahmatan lil Alamin
yang dibawa oleh Rasul yang penuh rahmat.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ -٣٣-
“Dia-lah yang telah Mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama.”(At-Taubah 33)
Apalagi, sesuai dengan janji-Nya, Allah akan mewariskan bumi ini kepada hamba-hamba-Nya yang sholeh.
أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ -١٠٥-
“Bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (Al-Anbiya’ 105)
Keempat, Menghilangkan fitnah dari muka bumi. Fitnah adalah biang instabilitas. Karenanya kita harus bersatu untuk menghapusnya bersama-sama.
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلّهِ -١٩٣-
“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata.” (Al-Baqarah 193)
Walaupun kata “fitnah” dalam ayat ini memiliki beberapa
arti. Bisa bermakna penyebaran isu, pemutarbalikan fakta atau
menyembunyikan kebenaran.
Kelima,memikirkan nasib islam dan kaum muslimin. Rasulullah saw bersabda,
“Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, bukan dari golongan kami”
Kita harus perhatian dengan masalah kaum muslimin. Bukan
malah menikmati konflik yang ada. Karena mereka adalah saudara kita.
Sungguh keji seorang saudara yang menikmati kesesngsaraan saudaranya.
Sesuai dengan pesan Rasulullah saw,
“Seorang muslim dengan muslim lainnya bagaikan jasad
yang satu. Jika ada satu bagian yang terluka maka seluruh tubuh akan
merasakan sakit.”
“Cintailah saudara muslimmu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.”
Keenam, selalu membicarakan dan mengembangkan ukhuwah islamiyah.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ -١٠-
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih).” (Al-Hujurot 10)
Ketujuh, menyelamatkan umat tertindas. Kesadaran
untuk membantu umat tertindas semakin memudar. Semakin tahun, manusia
semakin tidak perduli dengan orang lain. “Biarkan mereka terganggu, yang
penting saya aman!”, kata mereka. Jangan sampai kita menikmati ketika
melihat orang lain mendapat gangguan. Mungkin hari ini mereka yang
tertindas, bisa saja besok kita yang akan mendapat gangguan. Kedelapan,memberikan contoh yang indah dengan akhlak mulia. Tujuan
yang tidak kalah penting adalah mewujudkan salah satu tugas Rasulullah
saw untuk menyempurnakan akhlak mulia. Kaum muslimin harus kompak dalam
mencontohkan budi pekerti yang luhur. Selalu menghormati yang lebih tua
dan menyayangi yang lebih kecil. Karena akhlak adalah media terbaik
untuk mewujudkan persatuan. Karena itu, berulang kali Rasulullah saw
menekankan pentingnya berakhlak mulia. Rasulullah bersabda,
“Yang paling berat timbangannya di Hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.”
“Yang paling dekat denganku di Hari Kiamat adalah yang paling baik budi pekertinya.”
Apa Faktor yang Menyebabkan Muslimin Sulit Bersatu?
Dengan melihat kesamaan-kesamaan diatas, mestinya persatuan
kaum muslimin adalah hal yang mudah. Meskipun perbedaan akan selalu
ada, tapi kita masih memiliki pondasi kokoh yang tetap menjadi perekat.
Masalahnya, ada kerja besar yang dilakukan musuh islam untuk merusak
persatuan islam. Berikut ini adalah virus-virus yang menyebabkan umat
islam sulit bersatu.
Kebodohan
Kebodohan adalah pangkal kerusakan umat. Karenanya, ketika pertama kali Al-Qur’an diturunkan, Allah memulainya dengan IQRO’ (Bacalah
!) untuk mengikis kebodohan manusia. Pangkal dari perpecahan adalah
kebodohan. Dan yang membuat islam seakan menjadi momok yang menakutkan
adalah karena kebodohan umat akan agamanya. Akibatnya, mereka akan
selalu melampaui batas dalam beragama. Apakah berlebihan dalam
menjalankan agama atau berlebihan dalam meninggalkannya. Sekedar KTP
beragama islam tidaklah cukup. Seorang muslim harus belajar, kenapa saya
memilih islam? Karena yang selama ini mencoreng nama baik islam adalah
kebodohan muslimin terhadap islamnya. Imam Ali bin Abi tholib pernah
berpesan,
“Andai orang bodoh itu diam, maka tidak akan ada lagi perselisihan.”
Cepat menghukumi sebelum mengkaji.
Masalah kedua, kaum muslimin mudah menuduh dan memvonis
sebelum mengetahui masalah sebenarnya. Padahal Al-Qur’an selalu
menekankan untuk jangan menuduh sebelum mengkaji kebenarannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا -٦-
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya.” (Al-Hujurot 6)
Bahkan dalam Surat An-Nisa’ ayat 94, Allah tekankan kata
“telitilah” itu sebanyak dua kali. Karena selagi masih menerima berita
mentah-mentah dan langsung menghukumi, maka keresahan akan selalu
muncul. Dan ukhuwah tidak akan pernah terwujud.
Menggunakan bahasa yang kasar kepada sesama muslim.
Allah dan Rasul-Nya menyebut kaum muslimin sebagai saudara.
Tapi mereka saling berdebat dengan bahasa yang menusuk dan menyakitkan.
Dialog ilmiah bahkan menjadi hujatan dan makian. Mereka lupa bahwa
mereka bersaudara, seperti satu tubuh yang tak terpisahkan. Kaum
muslimin harus melatih diri untuk bersabar dan menjaga lisannya. Apalagi
kepada saudaranya sendiri. Jika kata-kata yang menyakitkan selalu
terlontar diantara muslimin. Bagaimana akan mewujudkan persatuan?
Bukankah Allah berfirman,
وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسْناً -٨٣-
“Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia” (Al-Baqarah 83)
Dalam ayat ini Allah menekankan untuk berkata baik kepada seluruh manusia, apalagi sesama kaum muslimin?
Memancing konflik dengan membahas perbedaan.
Salah satu virus yang paling berbahaya adalah adanya oknum
yang selalu membahas perbedaan dan memancing konflik. Mereka selalu
ingin menampakkan perbedaan dan menutupi kesamaan yang ada. Jika terus
dibiarkan, akan menimbulkan keresahan ditengah umat. Hal ini muncul dari
sifat kekanak-kanakan yang tak kunjung sembuh. Mereka belum dewasa
untuk menerima perbedaan yang ada. Padahal perbedaan itu adalah hal yang
pasti ada.
Kesalahan individu dianggap kesalahan kelompok.
Jika kita melihat satu orang sedang meminum minuman keras,
pantaskah kita menuduh madzhabnya menghalalkan minuman keras? Jika kita
menemukan satu orang berzina, adilkah jika kita memvonis madzhabnya
mengajarkan zina? Kita jangan pernah menuduh satu golongan lain karena
perbuatan seseorang. Perilaku individu tidak mencerminkan ajaran
kelompoknya. Jika hal ini dipahami dengan benar, maka tidak ada lagi
saling tuduh antar kelompok. Karena semua memahami bahwa perbuatan satu
orang tidak bisa menggambarkan keseluruhan kelompok tertentu.
Keuntungan Duniawi.
Disadari atau tidak, seluruh virus yang merusak persatuan
diatas sedang mendukung agenda ini. Dibalik konflik antar muslimin ada
oknum yang sedang meraup keuntungan duniawi. Dibalik pertumpahan darah
muslimin ada kekuasaan yang diperebutkan. Dibalik kelemahan kaum
muslimin ada keuntungan yang dipertaruhkan. Kita harus sadar bahwa ada
musuh yang tertawa melihat muslimin saling bunuh. Ada setan yang gembira
melihat muslimin saling caci. Jangan sampai kita tergolong sebagai
orang-orang yang membahagiakan musuh-musuh Allah dengan membantu agenda
mereka. Mari kita mencoba untuk berusaha membahagiakan Rasulullah saw.
Suatu hari, ketika Rasul melihat Ka’bah, beliau bersabda,
“Allah memberikanmu (Ka’bah) satu kemuliaan. Tetapi Allah menjaga muslim dalam tiga hal: hartanya, jiwanya dan kehormatannya.”
Akankah perbedaan politik, pemikiran atau golongan
menyebabkan kita melupakan kewajiban untuk menjaga harta, jiwa serta
kehormatan seorang muslim? Untuk mengakhiri kajian ini, kita akan tutup
dengan dua ayat dalam Al-Qur’an yang membicarakan tentang perbedaan.
Ketika membicarakan perbedaan pandangan diantara manusia, Allah selalu
mengakhirinya dengan perintah “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” Karena
mereka yang berlomba untuk berbuat baik tidak punya waktu lagi untuk
mempermasalahkan perbedaan dan mencari kelemahan orang lain.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ
الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ
اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ -١٤٨-
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan Mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah 148)
وَلَوْ شَاء اللّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلَـكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُم فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ إِلَى
الله مَرْجِعُكُمْ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ -٤٨-
“Kalau Allah Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang
telah Diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Al-Ma’idah 48)
Hadaanallahu waiyyaakum ilaa sabielissalaam.
Ustadz KM. H. Asmar Lambo S.HI., S.Sos (Ketua Ikatan Da'i Muda Se- Asia Tenggara).
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia