SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Samadikun Hartono Tiga Belas Tahun Buronan

Berita Wajo Terkini
Jumat, 22 April 2016 | 10.26.00 WIB Last Updated 2016-04-22T02:26:36Z

WAJOTERKINI.COM -- Samadikun Hartono tiba di Bandara Halim Perdanakusumah di Jakarta, Kamis malam 21 April 2016 selayaknya seorang anak hilang yang dirindukan. Ia turun dari pesawat dengan tangan tak terborgol, disertai Kepala BIN Sutiyoso yang berjas biru terang seperti busana kondangan, dan berjalan menuju ruang VIP bandara dengan perlahan. Di darat, telah menunggu sang Jaksa Agung Prasetyo yang berkemeja putih dan wajah yang damai.

Tiga belas tahun Samadikun Hartono berkelana di mancanegara sebagai buronan kasus penyimpangan dana BLBI, berbekal lima buku paspor, dan tentu duit yang masih berlimpah. Ia ditangkap saat hendak menikmati tontonan balap mobil di Cina. Hidup yang indah.

Di Jakarta, ia disambut para bekas politisi yang jadi pejabat tinggi selayaknya seorang perantau sukses yang pulang kampung. Ia tak ditunggui seperti seorang terhukum yang kabur di tengah sengkarut dunia peradilan belasan tahun lalu.

Lagi-lagi, saya harus bercerita tentang pendekar hukum kita yang telah berpulang: Baharuddin Lopa, seorang jaksa yang namanya tetap mewangi hingga bertahun-tahun sepeninggalnya.

Semasa menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sulsel, Lopa mengangkat kasus pengusaha kakap Tony Gozal alias Gi Tiong Kien. Tony adalah pemilik Akai Department Store dan hotel mewah di pantai Losari, Hotel Makassar Golden. Ia juga seorang bandar taruhan lotto. Lopa menjebloskan Tony Gozal ke tahanan kejaksaan dalam kasus dugaan penyelewengan tanah aset Pemda senilai Rp 4 miliar di bibir Pantai Losari, lokasi berdirinya Makassar Golden Hotel, hotel termewah saat itu di Makassar.

“Baik di Jakarta maupun di Ujungpandang, para pembesar mengatakan, mustahil Tony Gozal bisa ditahan. Malah, banyak orang mau ke Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sari untuk lihat, apakah betul (Tony Gozal) ada di dalam. Pura-pura bertamu, begitu tidak yakinnya,” kata Lopa suatu ketika.

Maklum, Tony saat itu memang dikenal sebagai “orang kuat Sulsel”. “Hampir semua pejabat tinggi mengenal dia, dan dia mengenal juga pejabat tinggi ini. Dan dia biasa (berada) di rumahnya pembesar. Pembesar di rumahnya. Kan, bukan lagi rahasia itu,” kata Lopa. Ia selalu mengingat aksinya itu.  “Waktu saya mulai tahan (dia) itu, luar biasa tantangan yang saya hadapi. Telepon, orang dikirim dari Jakarta, mempertakuti (saya), awas,” kisah Lopa.

Tengah gencar-gencarnya memeriksa Tony Gozal, Presiden Soeharto bersama Perdana Menteri Singapura Lee Kwan Yew melakukan pertemuan informal di Makassar dan kebetulan dilaksanakan di Hotel Makassar Golden, milik Tony. Lopa ikut menjemput Soeharto dan Lee di Bandara Hasanuddin. Tapi Lopa menolak mengantar dua petinggi negara ini sampai ke hotel, juga tidak mau menghadiri acara jamuan makan malam yang dihadiri seluruh pejabat Sulawesi. "Tidak baik saya ke situ. Apa kata orang kalau saya datang ke hotel yang bermasalah dan sedang saya sidik," kata Lopa ketika itu.

Suatu ketika, Tony menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Tinggi. Usai diperiksa, Lopa memerintahkan Tony langsung ditahan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Gunung Sari Makassar. Dengan lunglai, Tony kemudian naik mobil sedan milik pengacaranya, Yudha Dahlan. Begitu mobil hendak beranjak dari pekarangan kantor kejaksaan, Lopa tiba-tiba keluar dan menghadang. Seraya menghardik anak buahnya, ia meminta Tony turun, dan pindah ke mobil tahanan yang telah disiapkan.

Meski demikian, Tony bisa divonis bebas oleh majelis hakim di PN Makassar. Meski, kejaksaan kemudian mengajukan kasasi, sampai akhirnya Tony Gozal dijatuhi penjara oleh Mahkamah Agung.

Toh, Lopa berang karena merasa "diakali". Ia mencium bau busuk di balik vonis hakim di pengadilan negeri – palu vonis bebas diketukkan beralas duit Tony Gozal. Ia juga mencium keterlibatan jaksa-jaksa bawahannya.

Kali ini Lopa berhadapan dengan tembok yang tak bisa dipanjatnya sendirian: birokrasi. Kasus itu belum selesai, ketika tiba-tiba Baharuddin Lopa ditarik dari jabatannya, dan oleh Menteri Kehakiman Ismail Saleh diangkat menjadi staf ahli menteri.

Selamat pagi Bapak Prasetyo. Juga tuan yang menyertai Samadikun Hartono dengan jas biru mentereng, Bapak Sutiyoso.

-- Foto: DetikCom
-- Cengkareng, 22 April 2016
-- Oleh: Tomi Lebang

Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Samadikun Hartono Tiga Belas Tahun Buronan

Trending Now