SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Tulisan Terakhir di Puncak Sameru

Berita Wajo Terkini
Jumat, 29 Januari 2016 | 09.48.00 WIB Last Updated 2016-01-30T02:56:57Z
Ilham Tanjung
Tulisan Terakhir di Puncak Sameru
Oleh : Ilham Tanjung

WAJOTERKINI.COM - Kembali kita akan menceritakan sosok aktivis mahasiswa Indonesia yang berani menentang kediktatoran berturut-turut dari Presiden Soekarno dan Soeharto kalah itu. Ia adalah Soe Hok Gie, Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969 silam.

Pria kelahiran Djakarta, 17 Desember 1942 silam itu adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).

Walaupun kini telah tiada lagi. Namun banyak hal yang tak akan pernah terlupakan ketika menyebut nama Soe Hok Gie, Orang cerdas dan berpendirian tegas dan tentunya memiliki kisah cinta yang sangat romantis.

Dibalik kisahnya, Banyak pendapat tentang Gie. Ada yang memandang bahwa ia, seorang aktivis pencinta alam, dan tentunya itu adalah hal yang benar. Pasalnya Gie, Orang yang petama kali mengusulkan nama MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) itu.

Bukankah Gie mahasiswa yang romantis. Banyak mahasiswa wanita yang jauh cinta padanya, namun sampai saat ini aku tak pernah tahu siapakah kekasihnya itu. Hanya saja aku tahu dia mempunyai sahabat yang belakangan aku kira Gie jatuh cinta pada sahabatnya itu. Sosok gadis itu setau saya bernama Ira.

Tepatnya di puncak Sameru, Jawa Timur 16 Desember 1969 silam di usia ke 26 tahun Soe Hok Gie melepas nafas terakhirnya dengan meninggalkan sebuah buku catatan hariannya dan kemudian lebih di kenal dengan judul "catatan seorang demonstran". 

Kemudian di makamkan di daerah Menteng Pulo. Namun pada 24 Desember 1969, jenasahnya di pindahkan di Perkuburan Kober tanah Abang agar dekat dengan kediaman ibunya. Walaupun telah meinggal, Gie masih tetap berkorban. 

Tempat peristirahatannya harus di gusur karena proyek pembangunan prasasti. Keluarga dan kawan-kawannya kemudian memutuskan menumuk sisa-sisa tulang belulang Gie dan serbuknya di tebar di antara bunga-bunga Edelwiss di lembah Mandalawangi Puncak Pangrango. Di tempat itu, Gie biasa merenung seperti patung. 

Dalam catatan yang ditinggalkannya, anak keempat dari lima bersaudara itu, anak yang terlahir dari keluarga Soe Lie Piet atau Salam Sutrawan menuliskan kisah dan kasihnya, baik terhadap kondisi perpolitikan di Indonesia ataupun perasaan dalam hatinya terhadap seseorang yang disebutnya kekasih dalam tulisannya itu. 

Berikut kutipan puisi cinta Soe hok Gie paling romantis sekaligus mengharukan. Adanya dugaan bahwa tulisan tersebut merupakan puisi terakhirnya. Pasalnya selepas mengirimkan puisi ini kepada kekasihnya, ia meninggal dunia. Sayangnya aku tak mengetahui pasti judulnya.

Puisi Gie untuk sang Kekasih

Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berziarah ke Mekkah. Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi di Miraza. 

Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku. Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu, Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi. 

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang. Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra. Tapi aku ingin mati disisimu, manisku. 

Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya. Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tau. Mari sini, sayangkuKalian yang pernah mesra, yang pernah baik, dan simpati padaku. 

Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung. Kita tak pernah menanam apa-apa. Kita tak pernah kehilangan apa-apa ( Selasa, 11 November 1969 ).

Mungkin saja pada saat kekasihnya membaca tulisannya itu. Tak kuasa menahan derai air mata. Dan barangkali disanalah ia merasakan puncak rindu yang amat hebat. Namun sekali lagi, selepas mengirim surat ini, dikabarkan Gie meninggal ditengah dinginnya angin puncak Sameru. 

Semoga dari kisah cinta Gie, kita semua terutama bagi saya pribadi mendapatkan pelajaran berharga. Jika misalkan ketika ada diantara kita memiliki seorang kekasih. Rinduilah dan kasihila dia , tanpa harus menunggu ajal menjemputnya.

(Dikutip dari berbagai sumber)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.

Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tulisan Terakhir di Puncak Sameru

Trending Now