“Data BPS yang sulit di percaya”

Data Statistik pembangunan adalah sebuah
metode ilmiah yang jujur dan dapat menghitung secara kwantitas jumlah orang
miskin suatu Negara dan kemajuan ekonomi suatu Negara (metode yang lengkap).
Selain menghitung juga punya memiliki data akurat kelemahan dan kekuatan sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Intinya datanya tidak sembarang dibuat
berdasarkan hasil survey Mendalam, Ilmiah, Factual dan
Realitas. Tingkat
kepercayaannya sangat dipertanggungjawabkan. Soal bagaimana kelemahan dan
kekuatan dalam berjalannya pembangunan suatu Negara semua dicermati dan diinput
pada Presidennya. Prisnsipnya, lebih baik mengulang Statistic baru daripada kesalahan
pengayaan data. Sehingga tiada keraguan dalam statistic pembangunan Negara
tersebut.
China dan Jepang diam-diam mereka sangat
tepat dalam pengadaan statistic pembangunan mereka. Pengambil keputusan dapat
memperkirakan konsep, program dan tindakan penyelamatan dan pembaharuan Ekonominya.
Berbeda dengan statistic yang dikelola
Badan Pusat Statistik (BPS) RI. Mereka semuanya birokrasi yang hanya berharap
gaji dari kerja mereka (mental personal).
Termasuk memperoyekkan lagi kerja
mereka pada kelompok-kelompok pembelajar statistic yang sulit dipercaya dan
diragukan kwalitas surveynya.
Akibat pengadaaan data yang keliru
menyebabkan impor data dan isunya sulit menjadi akurat dalam pengambilan
keputusan dalam tingkat pimpinan terutama Presiden, Bappenas dan Kementerian
ekonomi. Padahal mekanisme Keputusan dalam standar ilmu Manajemen adalah bahwa
pimpinan harus memperoleh data dari statistic yang jelas dan akurat sehingga
mengetahui apa tindakan yang pasti kedepan.
Inilah salah satu factor gagalnya
membangun ekonomi Indonesia mandiri sejak dahulu hingga sekarang. Hal sepele
dalam survey kemiskinan dan pembangunan selalu berbohong. Inilah Data dan input
yang salah menyebabkan pengambilan keputusan dilevel kebijakan salah. Awal yang
kesalahan akan berakhir salah.
Contoh kegagalan BPS dalam menghitung
jumlah kemiskinan berdasarkan metode ilmiah namun hasil kerja dan kajian luar negeri
yang sudah digunakan disana. BPS hanya mencopi paste menjadi metode BPS. “bahwa
penduduk yang tinggal di Kampung yang tidak memiliki WC atau Toilet adalah
tergolong penduduk miskin. Bangdingkan dengan
Penduduk yang tinggal dipinggiran
Sungai di Belawa Wajo misalnya. Mereka lebih praktis buang air dan mandi di
sungai tanpa harus memiliki wc. Parameter tentu salah dengan menilai miskin dan
kayanya di Masyarakat Indonesia adalah punya toilet dalam rumah atau tidak. Berbeda,
kehidupan penduduk Eropa, WC dalam rumahnya”.
Mestinya, BPS dan lembaga survey kreatif
dalam kajian berpikir sehingga melahirkan pengembangan paradigma baru dalam
menentukan sebuah Kriteria. Sebab gara-gara criteria yang keliru menyebabkan
pengambilan kebijakan yang keliru. Presiden RI selama ini hanya menggunakan
data perkiraan terutama input dari Badan Intelijen Negara (BIN) yang
pendekatannya dalam kebijakan penyelematan ideology Negara bukan ekonomi.
Birokrasi yang korup dan permainan BPS
yang sulit diterima akal sehat dengan melakukan pengadaan data yang
manipulative. Korupsi disana membuat
sulit dipercaya dan hasilnya kajiannya sulit diprogram dalam pembangunan
jangka panjang dan pendek.
Inilah sebab mengapa Indonesia sulit
maju dan selalu berubah program pembangunan dari waktu ke waktu, tidak focus,
tidak cermat, kotor dan Korup.
Organisasi Negara dalam skala besar
tidak bisa tidak syaratnya harus bersih (Zeiri=Jepang). Organisasi harus selain
ramping pula birokrasi itu harus bersih alias tidak kotor sebab menentukan
maju mundur Organisasi Negara itu.
Birokrasi yang korup apalagi sudah
berlangsung puluhan tahun jangan harap akan eksis selamanya. Teori Akumulation of Gambleer (Prof. Habibie)
menyatakan bahwa ketika perbuatan kotor setiap hari dilakukan dan akan
terakumulasi menjadi sebuah kekuatan jahat dengan skala besar.
Inilah koreksi terhadap Birokrasi dan
Aparat hukum Indonesia yang setiap hari terbiasa pungli dan peras bukan
membangun bangsa (Pembina). Jelas, merugikan ekonomi nassional NKRI baik
langsung maupun tidak langsung.
Pengusaha menghitung untung rugi dari
waktu dan hal terkecil. Mendapat besar karena menghitung yang kecil. Jika suatu
Angkutan barang karena alasan sepele ditahan pihak aparat dijalan dengan waktu
yang cukup lama maka tentu distribusi barang tersebut terganggu dan terlambat.
Terlambatnya itulah menjadi kerugian bagi pengusaha karena bisa jadi barang
tidak laku dan kadaluwarsa. Bagi pengusaha, membayar dan menyogok adalah jalan
terbaik agar distribusi barang lancer dan usaha sesuai rencana.
Manajemen selain sulit menentukan
parameter menghitung rugi untung. Juga, Biaya dalam distribusi barang menyebabkan
pertambahan biaya (high cost) yang akan menyebabkan harga jual barang dan jasa
tersebut menjadi mahal. Ini yang tidak pernah disadari pemerintah, bahwa ada
factor lain, selain soal produk yang berpengaruh pada tingginya harga kebutuhan
pokok, yaitu Pungli dijalan. Pelakunya Pemerintah sendiri.
Bukti, ketidakjujuran BPS tidak pernah
merilis praktek pungli berpengaruh pada harga inflasi. Permainan kotor dihal
yang kecil dan sepele keliahatan kecil namun dapat berpengaruh besar terhadap
perekonomian nasional.
Mengapa pungli terjadi di Indonesia,
faktornya hanya satu mental Birokrasi. Birokrasi memang tidak belajar Akhlakul Karimah
jadi sulit diharap menjadi pelopor anti suap dan peras. Berbeda dengan Jepang
dan pemerintahnya. Sejak dibom Amerika, dalam waktu 20 tahun Ekonomi mereka
bisa bangkit. Caranya hanya satu Bersih. Data BPSnya bersih, Perencanaan (Blue Print)
Bersih, Birokrasi bersih, Pelaksana bersih, manajer atau bupatinya bersih.
Bersih birokrasi akan berpengaruh besar
pada Mentalitas Rakyatnya sebab mereka mencontoh prilaku bersih Birokrasi dalam
kehidupan sosial.
Ini salah satu syarat bangun Ekonomi
NKRI yang mandiri, meski maju disektor pasar saham (go Internasional) namun itu
judi online yang memperjualbelikan kertas bukan memajukan sektor riil yang
sehatkan Rakyat.
*) Haruna Rahman, Penulis adalah pembelajar Ekonomi
& Manajemen di berbagai perguruan tinggi Luar negeri. Advokat dan Distributor
Daging Sapi Potong di Jakarta, Email; harunadvokat@gmail.com*
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia