Ilustrasi KB |
Untuk mencegah kehamilan, wanita umumnya menggunakan kontrasepsi seperti pil KB. Ini menjadi pilihan tepat sebab terbilang cukup efektif.
Namun, para peneliti mengungkapkan, penggunaan kontrasepsi dalam jangka panjang dapat melipatgandakan risiko terkena kanker otak. Risiko meningkat menjadi 90 persen bagi wanita yang telah menggunakan alat kontrasepsi lima tahun atau lebih.
Dalam alat kontrasepsi terdapat hormon progesteron yang meningkatkan proliferasi sel glioma. Ini diduga meningkatkan pertumbuhan sel kanker hingga tiga kali lipat.
Namun, para peneliti mengungkapkan jika progesteron yang ada pada alat kontrasepsi belum tentu memengaruhi perkembangan kanker otak.
"Mendengar jika mengonsumsi pil KB mungkin menyebabkan peningkatan risiko penyakit tertentu, beberapa wanita beralih dari pil KB ke alat kontrasepsi lain, atau tidak menggunakan sama sekali," ujar profesor Kevin McConway, dari Universitas Terbuka.
Profesor epidemiologi kanker dari University of Cambridge, Paul Firaun, mengatakan, pil kontrasepsi tak selamanya berdampak buruk.
"Penting untuk diingat bahwa hubungan tidak selalu berarti sebagai sebuah sebab-akibat," kata Paul.
Terlepas dari itu semua, pil kontrasepsi oral memiliki banyak efek menguntungkan.
"Misalnya, seorang wanita 20 tahun yang mengonsumsi kontrasepsi oral selama sepuluh tahun akan mengurangi kesempatan terkena kanker ovarium," tutur Paul.
"Penurunan (risiko kanker ovarium) jauh lebih besar daripada kemungkinan peningkatan risiko kanker otak" tambahnya. (wt-metronews).
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia