Indonesia di Proklamirkan pada Tahun 1945 (68 tahun)
bangsa ini sudah merdeka. Idealnya, Bangsa ini sudah harus mandiri disektor Ekonomi.
Faktanya, sejak Era 80an, Indonesia sudah menjadi Negara Pengimpor bahan pangan
dengan jumlah sangat besar. Indikator ini jelas membuktikan bahwa kita negeri
yang labil secara ekonomi dan politik meski Negara Agraris dengan tingkat
kesuburan dan lahan pertanian yang begitu luas.
Oleh; Haruna Rahman *)

Fakta
hari ini menunjukkan kita masih mengimpor bahan-bahan pokok terutama daging,
buah, sayur dan beras. Catatannya, Impor RI lebih besar atas ekspor RI (Makan
kita lebih besar dari pendapatan) Realitas ini seperti petir disiang bolong
karena kita Negara pertanian, Negara perkebunan, Negara yang memiliki sumber
daya alam yang sangat lengkap, luas dan kaya.
Kita
dapat mengkaji dan menganalisa mengapa kian tahun Indonesia merosot dan maju
tapi tidak mandiri secara ekonomi. Beberapa factor kita dapat kaji satu persatu
dibawah ini;
1.
Kebijakan Ekonomi Indonesia
hebat diatas kertas namun tumpul dibawah.
Sejak
di awal era Orde Baru ada kesadaran bahwa ekonomi pertanian harus
diperioritaskan agar kedepan Negara kita tidak mengimpor bahan pokok seperti
beras. Kebijakan ini sangat baik sebab akan menyelamatkan ekonomi Indonesia ke
depan. Persoalannya, bukan kebijakannya namun pada prakteknya ekonomi pertanian
kita dijadikan obyek korupsi oleh pemerintah pusat dan daerah sejak Rezim Orde
Baru dan ORde Reformasi sekarang ini. Konsep Pertanian dibuat sebagai andalan
Indonesia dapat dibuktikan dengan banyaknya para sarjana pertanian di tempatkan
disetiap wilayah pertanian di daerah di Indonesia.
Koperasi Unit Desa dibangun
tujuannya agar hasil pertanian dapat dijual disana tujuannya menghindari
tengkulak. Tengkulak menurut bahasa terduga perbuatan yang jelak namun jangan
lupa mereka adalah tuan ekonomi rakyat desa dan kota ketika para petani dan UKM
(usaha kecil dan Menengah) membutuhkan dana untuk membeli pupuk atau petani perlu
dana untuk biaya sekolah anak mereka. Tokoh ekonomi ini dengan sendirinya
hilang satu persatu walau mereka punya jasa juga diluar persepsi negative atau
diluar perilaku sebagian tengkulak yang berada didaerah namun mereka juga UKM
dan tokoh usahawan local setempat yang memiliki agen perubahan perkembangan
usaha UKM yang membangun ekonomi sector riil di pedesaan dan perkotaan Indonesia.
Ini
hanya politisasi tengkulak peninggalan zaman orde lama dan penjajahan yang
sejarah mencatat bahwa mereka adalah para tokoh usaha local yang bersentuhan
langsung dengan sektor riil ekonomi rakyat. Orde baru sengaja menciptakan citra
jelek bagi tengkulak sebab politik ekonomi untuk mengubah system budaya
perbankan rakyat Indonesia. Bank swasta dan pemerintah orde baru yang merupakan
andalan ekonomi itu cita-cita pemerintah orde baru walau dibalik ada
kepentingan pribadi penguasa. Tengkulak dan UKM local dikorbankan seperti
layaknya proyek penembakan midterius (petrus) di Era 70 dan 80 an yang
bertujuan untuk mengganti peran freeman menjadi ormas yang dijadikan sebagai
ormas sayap politik orde baru (Golkar).
Koperasi
yang kita harapkan bekerja sistematis ternyata gagal pula membangun ekonomi
pedesaan setelah pemerintah kehilangan pantauan manajemen terhadap Badan
Koperasi itu. Kesalahan terjadi sebab Koperasi makin hari ditinggal oleh
masyarakat karena lama kelamaan koperasi sebagai Tengkulak yang praktiknya
tidak lebih tengkulak yang diresmikan oleh Negara.
Koperasi
yang tadinya diharapkan sebagai mitra keuangan (simpan pinjam) bagi pembangunan
sector riil perekenomian masyarakat di Desa dan Kota namun dapat dianggap gagal
sebab kepentingan pribadi pengurus dan system koperasi sangat mengandalkan maju
mundurnya usaha dan koperasi bergantung pada anggota. Sementara anggota dan
pengurus koperasi ini kepentingannya hanya untuk usahanya saja bukan
kepentingan ekonomi koperasi tersebut.
Ada
persoalan baru muncul sebab seiring perjalanan waktu Koperasi menjadi
kehilangan simpati rakyat belum terlalu kuatnya campur tangan Kepala Desa,
Camat dan Bupati setempat. Menjadi alat politik local dan secara nasional
menjadi alat pencitraaan politik pak Harto dan Golkar.
Bangdingkan
dengan Resim pemerintahan Bung Karno meski Indonesia baru merdeka namun kekuasaan
ekonomi sektro riil baik di Desa dan perkotaan masih dikendalikan oleh Individu
yang secara ekonomi lebih mapan. Ini tentu lebih baik sebab mereka para
pengusaha local inilah sebagai pendorong pengembangan ekonomi pedesaan dan
perkotaan.
Keputusan ditangan penguasa ekonomi local tadi dan secara ekonomi
sangat tidak bergantung pada pemerintah. Pengusaha zaman ini mereka lebih
teruji sebab secara waktu mereka telah melalui masa perjuangan kemerdekaan.
Bahkan mereka punya organisasi bisnis yang dikenal Syaraket Dagang Indonesia
yang banyak melahirkan para pejuang kemerdekaan
Indonesia salah satunya Bung Karno adalah produk dari SDI. Mereka ini
lah para penguasa ekonomi nonformal yang tersebar se Nusantara. Mereka para
pedagang ini selain sebagai pusat informasi dagang dan usaha sebab mereka selalu bepergian antar
pulau pula mereka sebagai dinamisator ekonomi local/daerah setempat. Mereka
lebih berhasil dari konsep ekonomi koperasi Indonesia.
Bukan
berarti Konsep dan teori ekonomi mikro koperasi tidak baik bagi pembangunan
ekonomi mikro dan makro Indonesia namun pada prakteknya hanya sehebat diatas
dilisan namun rata-rata tidak berumur panjang. Meninggal pengurus dari tokoh
ekonomi pengurus koperasinya maka berakhir pula kejayaan Koperasi tersebut.
Koperasi tidak bisa diwariskan karena kelemahan konsep ini tidak mewariskan
kepengurusan bagi anak turunannya. Banyak contoh yang dapat dilihat Koperasi
Unit desa yang dibangun oleh pemerintah orde baru bernasih gudang tak bertuan
atau menjadi gedung tua di Daerah dan perkotaan Indonesia.
Berbeda
dengan kekuasaan ekonomi individu di desa dan perkotaan lebih mumpuni menjadi
agen perubahan ekonomi sector riil dan UKM di di daerah-daerah Indonesia.
Mereka ini yang disebut tengkulak mampu mewariskan usaha mereka pada anak dan
cucunya. Pengusaha ini dapat dibuktikan dengan kehadiran
Seperti pengusaha
Hadji Kalla melahirkan pengusaha baru Jusuf Kalla dan Abu Risal Bakri. Mereka
lahir pengusaha local yang mampu menjadi pendorong ekonomi rakyat didaerah
masing-masing. Tengkulak ekonomi yang disebut disini bukan dalam persepsi
negative bahkan sebaliknya. Cerita tengkulak renten ekonomi di Indonesia
berbeda ceritanya mris dengan sistema ekonomi di China atau Jepang. Tradisi
ekonomi rakyat di Negara pulau ini memiliki ciri tersendiri dan berbeda prilaku
maupun sistemnya. Cerita negative tengkulak ini lahir ketika zaman orde baru
dimana mereka digambarkan di Media TVRI dalam bentuk fiksi film sebagai
kelompok ekonomi yang sangat lintah darat padahal cerita dan gambaran itu jauh
panggang dari api. Tengkulak di Indonesia sebagai penyelamat ekonomi rakyat
dibangdingkan koperasi yang cerita suksesnya hanya karena dukungan financial
pemerintah.
Inilah
cikal bakal kegagalan ekonomi rakyat terutama sector UKM dan sector Riil di
Indonesia. Paradigma yang dibangun oleh pemerintahan orde baru tak lebih
sebagai kebijakan top down (keputusan dari atas) bukan keputusan dari bawah.
Konsep dan kebijakan pemerintahan Reformasi mencoba meraba apa dan bagaimana
seharusnya membangun ekonomi Indonesia namun gagal pula sebab konsep dan
programnya hanya menghebatkan para pejabat daerah (Bupati dan Gubernur).
Praktek otonomi daerah gagal sebab kepentingan berkuasa lebih kuat dari pada
membangun ekonomi rakyat di daerah dan tumpang tindihnya kebijakan nasional
dalam undang-undang RI seperti Pemilihan Kepala daerah langsung (PILKADA)
menambah kegagalan semua ini. Itulah gambaran perjalanan ekonomi rakyat &
UKM (sector RIIL) yang mana dari hari kehari semakin menurun baik
produktivitasnya maupun kwantitas serta kwalitasnya. Persoalannya jika
berlangsung terus menerus akan berdampak matinya satu persatu usaha UKM
individu tadi.
2.
Ambivalensi Penegak Hukum terhadap UKM Indonesia.
Ditengah
sulitnya sektor usaha rakyat di Masa Orde Baru hingga Orde Reformasi ini
berkembang namun keinginan usaha rakyat yang sangat tinggi mendorong rakyat
tetap bertahan berusaha. Walau sebagian besar keturunan para pengusaha local
tadi tidak berminat lagi berusaha sebab Pungutan liar (pungli) menjadi salah
satu alasan. Bayangkan sendiri, jika sepanjang jalan pantura bagi truk pembawa
hasil peroduksi pertanian dan UKM desa di pungli disetiap wilayah hingga hasil
pertanian dan ukm tersebut sampai di Kota. Pungli ini merata disetiap daerah di
Indonesia, sabang sampai merauke pungli bagi usaha sudah berlangsung sejak orde
baru hingga sekarang.
Pelakunya adalah Birokrasi dan Penegak hukum itu sendiri.
Desa, Lurah, Camat, Dinas Perhubungan, dan Dinas-dinas terkait. Sama saja,
sepanjang jalan protocol UKM dan Bisnis di Sulawesi Selatan merata dalam
pandangan kasat mata kita Pungutan liar berada disetiap jalan dan wilayah. Seolah pemandangan ini menjadi hal yang wajib
harus kita liat di pinggir jalan. Mereka berbaju dinas birokrat. Ini pula
menunjukkan bahwa selain kita gagal membangun hokum yang benar, gagal menjadi
Negara birokrat yang bersih, gagal membangun UKM mumpuni dan mandiri.
Realitas
pungli baru dijalan-jalan, pungutan liar sangat merata di Indonesia yaitu
pungli perijinan dan pungli penegakan hokum. Ketika UKM dan rakyat memiliki
masalah hokum mereka akan menjadi obyek pemerasaan oleh oknum birokrat local
dan penegak hokum setempat (Polisi, Jaksa dan Hakim). Persoalan ini sudah
berlangsung lama sejak orde baru hingga hari ini masih terus berlangsung dan
bahkan sudah menjadi kebiasaan buruk atau budaya yang buruk.
3.
Ilmu ekonomi Makro dan Mikro
gagal membangun UKM dan Pertanian Indonesia
Dapat
dibuktikan dengan pelemahan dan antisipasi gejolak ekonomi Makro dan Kwantitas/jumlah
UKM yang semakin menurun. Para sarjana hannya berminat menjadi PNS dengan
angan-angan akan menjadi penjabat.
Paradigma ini merusak pola piker rakyat
terutama generasi baru. Sebaliknya, para sarjana ini harus tertarik dan bangga
menjadi Pelaku UKM atau sektor pertanian namun faktanya demikian. Konsep
pembelajaran terliat sudah keliaru terutama dalam paradigma ekonomi rakyat
seperti yang terjadi pada ilmu ekonomi makro dan mikro kita yang dipelajari di
perguruan tinggi ekonomi.
Konsep
ekonomi berasal dari Eropa dan Amerika serikat sementara para guru besat
ekonomi ini barangkali belum pernah ke INDonesia walau bisanya liat Negeri kita
melaului peta tapi kondisi ekonomi dan geopolitik Indonesia sangat berbeda
dengan Negara Eropa dan Amerika. Mestinya ILmuan ekonom kita belajar di China
dan Jepang sebab karakteristik kita lebih mirip dengan Negara itu. Ekonomi
Negara pulau seharusnya dibangun dengan dimensi ekonomi kepulauan yang serba
bergantung dengan alam setempat. Bukan memajukan industry tekhnologi namun
tidak dapat digunakan di Indonesia. Inilah salah pendekatan ekonomi makro dalam
bentuk kebijakan ekonomi nasional berjangka.
Solusi
Beberapa
kelemahan diatas jika dipelajari dan dikaji lebih lanjut ternyata menjadi
factor sebab gagalnya pembangunan ekonomi makro dan mikro Indonesia secara
mandiri. Solusinya tidak sulit membangun bangsa hanya dengan dimulai dengan
syarat perbaikan mental dan pola piker bangsa. Ideologi penting sebab dari
sinilah dimulai dibangun sebagai pondasi dan niat awal tentang pembangunan
Ekonomi Indonesia yang mandiri. Semuanya bisa berhasil jika kepemimpinan yang
berwibawa dan pemimpin yang konsisten bagi kemakmuran rakyat. (berlanjut).
*Haruna Rahman, Penulis adalah Pemerhati Ekonomi yang pernah belajar ilmu Ekonomi & Manajemen diberbagai perguruan tinggi dalam dan Luar negeri. Sekarang Advokat dan usaha Daging Sapi potong di Makassar & Jakarta, Email; harunadvokat@gmail.com*
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia