WAJOTERKINI.COM --- Sosok yang satu ini dikenal idealis, mentereng, cerdas, komunikatif dikalangan sahabatnya. Ia bisa bergaul dengan siapa saja dalam tingkatan manapun, baginya tak ada senior ataupun junior dalam pergaulan, dia bisa berbaur dengan siapa saja. Mulai kalangan bawah hingga tingkat elit.
Dibesarkan di lingkungan perkampung di Paung Desa Tua, Kecamatan Majauleng bagian selatan, oleh kedua orang tua yang sederhana. Anak ke empat dari pasangan Andi Makkarodda dan Andi Besse Edeng tumbuh dewasa dengan segala kepiawaian yang ia miliki saat ini.
Usai menamatkan sekolah dasar di Paung dia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Tosora,"Saat itu kita jalan kaki sejauh 4 kilometer, kalau banjir biasanya kita pake perahu ke sekolah,"kenangnya pada penulis.
Tamatan SMA Paria ini memilih masuk fakultas teknik di UMI Makassar, disanalah ia mulai ditempa karena berbaur dengan kelompok pergerakan, jaringan mahasiswa pro demokrasi. Aktif berorganisasi membuatnya semakin dewasa berpolitik, organisasi yang pernah ia tempati seperti pers mahasiswa UPPM UMI Makassar, Himpunan Mahasiswa jurusan mesin dan senat fakultas teknik, Himpunan pelajar mahasiswa wajo (Hipermawa). Bahkan beberapa minggu lalu bersama seluruh mantan ketua hipermawa menginisiasi lahirnya ikatan keluarga alumni Hipermawa.
Masa kuliah ia tidak hanya aktif di organisasi mahasiswa namun juga aktif di lembaga swadaya masyarakat yang konsen pada masalah lingkungan, anak jalanan bahkan organisasi anti korupsi seperti yayasan pabbata ummi, PeRAK Institute dan Anti Corruption Commitee dan sebelum berkiprah bersama partai besutan Surya Paloh ia juga sempat menjadi kader terbaik Partai Demokrat.
Pemilik nama lengkap Andi Gusti Makkarodda kelahiran Paung Desa Tua ini, kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPRD Wajo dan sekertaris Asosiasi DPRD Kabupaten seluruh indonesia (ADKASI) wilayah sulsel. Dia dikenal vokal dalam mengaspirasikan kepentingan rakyat bahkan ia dikenal berani melalui jalur poros kiri. "Asalkan tetap dilakukan secara santun dan objektif," bebernya.
Sepak terjangnya di dunia politik juga tak bisa dipandang sebelah mata. Kendati melewati perjuangan yang sangat sulit, ia berhasil terpilih menjadi legislator mengendarai Partai NasDem tanpa menyebarkan atribut baliho.
Selain tak cukup miliki modal, ia ingin memberikan contoh politik sebenarnya tanpa "money politik". Diketahui jadi alasan klasik politikus tak terpilih karena kos politik yang dikeluarkan sedikit.
Kata Gusti, apatisme kita pada perjuangan politik tanpa modal besar menjadikan kita politisi rakus penggumpat pundi-pundi rupiah, Wakil anda terpilih tanpa mengeluarkan biaya dijamin 70 persen bekerja untuk masyarakat.
"Tapi jika harus modal besar yakinlah mereka akan mengumpulkan uang untuk Pilcaleg berikutnya,"jelasnya.(wt-ibe)
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia