Oleh : Iwansyah,S.Kep.,Ners.
(Direktur Eksekutif Suara Literasi Perawat Indonesia)
WAJOTERKINI.COM -- Dunia penuh dengan ketidakadilan, dan mereka yang memperoleh keuntungan dari ketidakadilan itu juga berwenang memberikan ganjaran dan hukuman. Ganjaran didapatkan oleh mereka yang bisa menemukan dalih-dalih yang pintar untuk mendukung ketidakadilan, dan hukuman didapatkan oleh mereka yang mencoba menghilangkan ketidakadilan tersebut"
~Bertrand Russell~
Perubahan sosial yang terus terjadi adalah sebuah keniscayaan peradaban yang tidak bisa ditolak keberadaannya, globalisasi dan modernitas yang kejam sangat mempengaruhi perkembangan kampus di Indonesia, wajah kampus yang kian lama mengalami metamorfosis dari kampus professional menjadikan kampus dengan wajah kapitalis, yang hanya menginginkan untuk meraut laba sehingga mahasiswa menjadi korban dari jeratannya.
Disana yang tumbuh bukan iklim akademisi melainkan unit usaha. Kampus lebih banyak mengedepankan keindahan struktur bangunan yang dapat mempercantik dirinya dan ruangan dibuat multifungsi dengan aturan yang menutup ruang gerak mahasiswa. Kampus menjadikan dirinya sebagai ajang untuk menarik peminat, sehingga jalur masuk dibuat beraneka rupa. Ada pula kampus yang menganggap dirinya merasa terbaik dengan mencantumkan berbagai penghargaan sehingga dipromosikan dalam bentuk brosul, spanduk dll, dibuat menarik sedemikian rupa untuk merangsang konsumen masuk dan bergabung menjadi mahasiswa disitu. Kampus menancapkan diri sebagai sumber laba dan sumber pencipta penguasa.
Bukankah seorang ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan itu mengisyratkan pengajaran, pengajaran mengisyaratkan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran, kebenaran dimanapun dan kapanpun, sama saja. Maka jika pendidikan itu dimengerti secara benar, ia akan dipahami sebagai pemupuhan intelek.
Coba lihat dirimu ketika berada dalam ruang kuliah: adakah kegaduhan diskusi antara dosen dan mahasiswa? Apa muncul debat sengit antara dosen dan mahasiswa bersangkut paut dengan materi kuliah? Dan mana ada dosen yang bertanya padamu siapa hari ini yang berani aksi? Siapa dosen yang berani memuji mahasiswanya berani menulis dengan nada kritis seperti saya ini? Siapa dosenmu yang berani menyuruh mahasiswanya untuk mogok makan? Suasana itu leyap sehingga ruangan itu menjadi pameran budaya bisu.
Seakan mahasiswa di seting menjadi manusia robot, apa yang diinginkan dosen itulah yang dijalankan oleh mahasiswa. Dimanakan fungsi mahasiswa kalian sebagai agen prubahan? Kampus bukanlah jalan menuju kesuksesan. Itu terbukti Steven Jobbs penemu Apple memutuskan untuk mengakhiri kuliahnya, Bill Gates memilih untuk mendirikan bisnis saja dari pada melanjutkan kuliahnya, dan Mark Zuckerberg penemu Facebook memutuskan untuk keluar kampus tanpa gelar.
Beberapa tokoh sukses itu membuktikan kepada kita betapa kampus menjadi jamuan yang membosankan. Sekarang dunia mengajar bagi para dosen bukan lagi untuk mengajarkan apa yang diyakini melainkan untuk menanam keyakinan-keyakinan serta kebodohan yang dipandang berguna oleh mereka yang memerintahkannya. Dosen sibuk memberi petuah mengencam mereka yang membangkan dan tidak kritis pada kenyataan. Coba tengok kembali sejarah peran penting kampus dalam memerdekakan Indonesia. siapa yang memberi inspirasi pada soekarno untuk memerdekakan republic ini? Apa yang diajarkan pada hatta sehingga punya pandangan ekonomi kerakyatan? Lingkungan kampus macam apa yang membentuk sjahrir sehingga menyakini ide dan gagasan sosialismenya? Kondisi pendidikan jaman dulu mampu melahirkan SDM yang berkualitas dan punya kemauan baja.
Adakah ruang kuliah dikampus sekarang yang membentuk inspirasi dan membangkitkan imajinasimu tentang perubahan? Padahal semua fasilitas sudah dilengkapi dibandingkan sejak jamannya soekarno dkk.fasilitas Wi-fi yang membuatmu bisa menimban informasi apapun dan dimanapun. Buku perpustakaan yang melimpah ruah dengan ruangan yang nyaman untuk membaca dan menulis. Tak lupa kantin yang menyediakan semua menu makan. Limpahan fasilitas yang membuatmu lupa pada keadaan sekitarmu. Penindasan, kekejaman dan ketimpangan hilang dari ingatan.
Tradisi itu telah menjerumuskanmu. Jika tradisi diartikan sebagai cara hidup cara bertindak yang telah terbentuk dalam keanggotaan sosial maka itulah yang telah memenjarakanmu. Jika disebut jaminan kebebasan kampus sudah lama diproklamirkan. Kemudian budaya tulis telah dieratkan. Lalu tradisi ilmiah diperdengarkan dimana-mana. Itu semua palsu dan bohong? Dimana tardisi ilmiah ada jika kesadaran kritis saja dianggap atheis dan bahkan kebanyakan tulisan yang saya keluarkan selama ini dengan jiwa yang kritis dan idealis mungkin di anggap atheis oleh pihak kampus? Mana mungkin budaya tulis dihidupkan kalau dosennya saja tidak membuat karya? Singkatnya kebebasan dijamin asal dalam pengendalian diperbolehkan asal dilumpuhkan. Kritik di perkenangkan asal bisa membela penindasan.
Apakah ada dosenmu yang pernah melakukan demonstrasi? Siapa diantara merekan yang pernah ditangkap sama polisi karena aksi? Siapa diantara mereka yang punya ide besar tentang perubahan? Siapa di antara dosenmu yang mendorong kalian untuk aktif digerakan? Bisa dibilang tak banyak dapat dosen begitu minim. Dunia kampus sekarang tidak mengajarkan mahasiswanya untuk semangat bertempur melawan penidasan. Kepatuhan telah menjadi aturan umum dikampus dan bahkan cara yang banyak dilakukan dalam menegakkan disiplin adalah menerapkan hukuman. Patasan kebanyakan mahasiswa yang dilahirkan tidak kritis dan idealis dalam menyikapi problem yang terjadi. Penindasan terus terjadi tanpa ada gerakan perlawanan.(wt)
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia