Akbar Endra |
WAJOTERKINI.com Siang tadi saya mengepulkan asap rokok sambil menikmati racikan kopi di warkop semarang, kota Soppeng. Lalu, usai mengobrol berbagai soal yang lucu dan juga ngeri-ngeri sedap, saya lalu beranjak dan segera balik ke Maros.
Alhamdulillah. Ba'da Magrib saya tiba di Maros. Mempersiapkan jas, dasi dan peci nasional untuk mengikuti upacara bendera besok di Lapangan Upacara. Saya ingin menghormati merah putih dan memaknai arti sebuah kemerdekaan.
Lalu...
Ada yang berbeda antara Maros dan Soppeng. Tata kota Maros lebih baik dan lebih menyediakan ruang-ruang publik. Sedangkan Soppeng, sumpek dan semrawut. Tata Kota Soppeng tidak mengutamakan kepentingan publik. Tak ada ruang-ruang publik. Yang ada warkop-warkop yang tumbuh seperti jamur.
Soppeng harus ditata. Mulai dari pemerintahannya hingga arah pembangunannya lima tahun ke depan. Ekonomi kreatif dan home industri harus dikembangkan. Perekonomian harus digairahkan. Tak boleh lesu seperti sekarang.
Bayangkan. Untuk menarik uang di Bank Mandiri, saya harus ke sengkang. Perbankan ogah membuat cabang di Soppeng.
Terus terang. Tak ada yang bisa dibanggakan di Soppeng saat ini. Saya melihat orang-orang banyak yang putus asa. Kehidupan di kota Soppeng sepertinya tak bergairah. Padahal, kota ini dahulu pernah hebat. Ada adipura, pertaniannya subur dan maju. Masyarakatnya pun bersahaja.
Adipura sudah lenyap tak pernah lagi hadir di Soppeng. Pertanian terpuruk. Industri rumah tangga macet, ekonomi kreatif pun mandek.
Kalelewar yang dulu bernyayi riang di siang hari, sudah mulai sepi. Mungkin saja kecewa, karena apa yang ada sekarang, tak sesuai harapan masyarakat.
Para penjilat dan pencari muka di hadapan penguasa, juga sudah mulai linglung tanpa ia sadar. Bertahun-tahun menjilat, juga tak memperoleh apa-apa. Sejahtera juga tidak. Sedikit lagi frustrasi ditinggal majikan.
Bahkan ada yang berbisik kepada saya. "Dek tolong perhatikan saya kalau 'Mr.X' jadi bupati. Saya hanya loyal sama atasan, tapi saya netral di Pilkada. Diam-diam meki saja, nanti saya bantu Mr.X agar menang di tempatku," kata seorang pejabat daerah yang sepertinya takut kehilangan jabatan.
Dalam hati saya berkata, "Ada-ada saja seperti ini!"
Dengan sedikit berbisik di telinga saya. Ia lelaki 'pejabat daerah' itu menceritakan kebobrokan atasannya, bahkan tak segan-segan menginfokan kelemahan-kelemahan atasannya.
Jujur. Saya tak suka pribadi oknum pejabat daerah yang seperti itu. Manis jika berhadapan, balik belakang lain bicara, menggunting dalam lipatan, pandai bermain air di atas minyak. Bayangkan. Jika Bosnya tak lagi berkuasa, ia bersedia menghadapinya dengan setumpuk data dan info yang konon akurat.
Saya ingin Soppeng damai. Tak usah ada masalah besar, siapapun yang jadi bupati nanti. Tak usah ada yang masuk penjara karena saling mencari kesalahan dan membongkar penyelewengan. Itu bukan urusan politikus.
Bangkitlah sekarang, Bangkitlah menata kota membangun desa!
Oleh: Akbar Endra
Dapatkan Berita Terupdate dari JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia
Hak Jawab dan Hak Koreksi melalui email: jbnredaksi@gmail.com
- Pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan ini dapat mengajukan sanggahan/hak jawab.
- Masyarakat pembaca dapat mengajukan koreksi terhadap pemberitaan yang keliru.
Follow Instagram @jbnindonesia dan Fanspage JBN Indonesia